Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Ahmad Syafii Maarif, Kami Sudah Terima 50-an Kebohongan Ini Bisa Menjadi Gelombang Dahsyat

Selasa, 25 Januari 2011, 02:43 WIB
Ahmad Syafii Maarif, Kami Sudah Terima 50-an Kebohongan Ini Bisa Menjadi Gelombang Dahsyat
Ahmad Syafii Maarif
RMOL. Tokoh-tokoh yang bergabung dalam Gerakan Integritas Nasional (GIN) terus melebarkan sayapnya dengan menerima laporan dari masyarakat terkait kebohongan pemerintah.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Beberapa hari lalu, mereka sudah mendirikan Rumah Penga­duan Kebohongan. Sampai saat ini sudah ada 50-an kebohongan pemerintah yang dilaporkan rakyat.

Menurut Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq,  pengaduan itu sangat varia­tif. Ada soal illegal logging, soal nelayan, soal petani sawit, Ban­tuan Langsung Tunai (BLT) yang tidak bisa dinikmati oleh masya­rakat tuna netra, dan lainnya.

Menanggapi hal itu, pendiri Ru­mah Pengaduan Kebohongan, Ahmad Syafii Maarif menga­ta­kan, rumah pengaduan itu bisa menjadi gelombang dahsyat. Se­bab, sangat direspon rakyat.

Tapi pemerintah, lanjut bekas Ketua Umum PP Muhamma­di­yah itu, tidak perlu merasa kha­watir. Sebab, perjuangan mereka hanya bersifat moral, bukan ber­gerak di politik.

“Jangan dianggap kami ini me­lakukan gerakan sabotase untuk menggulingkan pemerintah. Ini nggak ada hubungannya. Nggak ada agenda sampai ke situ. Ini perjuangan moral,’’ ujarnya ke­pada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Sebelumnya tokoh lintas aga­ma yang dimotori Syafii Maarif dan Salahuddin Wahid mem­ben­tuk GIN, selanjutnya men­dekla­rasi bersama tentang 18 kebo­hongan pemerintah.

Mereka menilai pemerintahan sekarang banyak melakukan ke­bohongan publik. Artinya, tidak sejalannya antara kata dan per­buatan, lebih banyak janji pem­bangunan yang tak dipenuhi.

11 Tokoh Masyarakat dan Agama mendeklarasikan berdiri­nya Gerakan Integritas Nasional (GIN). Mereka adalah Ahmad Syafii Maarif,  Salahuddin Wahid (to­koh NU), Natan Setiabudi (be­kas Ketua Persatuan Gereja Indo­nesia), Bambang Ismawan, Putut Prabantoro, Kasturi Sukiadi, Parni Hadi, Wisjnubroto, Thresia Kristianty, Sudrajad, dan Teguh Santosa.

Mereka sudah berkonsolidasi sejak tiga bulan lalu untuk ber­kumpul dalam GIN. Mereka ber­kumpul dalam satu wadah di­latar­belakangi adanya masalah besar yang dihadapi bangsa Indo­nesia saat ini, seperti rendahnya ting­kat integritas nasional, teru­tama di kalangan pejabat publik.

 Berikut kutipan wawancana dengan Ahmad Syafii Maarif:

Masa sih nggak ada hubu­ngan­­nya gerakan tokoh agama ini untuk memojokkan peme­rin­tahan SBY-Boediono?
Memang tidak ada upaya ke arah situ. Sebab, ini cuma demo­krasi saja, dan hak dari warga negara.    

Apa rumah pengaduan ini juga berbau politik?
Itu sih memang politik kebang­saan dan politik moral. Bukan poli­tik praktis, karena kita tidak ingin jadi bupati atau camat.  Jadi,  ini bukan politik kekuasaan. Harus dibedakan itu.

Apa sih fungsi dari rumah pe­ngaduan ini?
Untuk menampung pendapat masyarakat yang mereka rasakan, mereka terima, dan mereka keta­hui tentang kebohongan itu. Ke­mudian disampaikan dan disuara­kan oleh kelompok ini.

Apakah Anda yakin aspirasi rakyat di rumah pengaduan akan diterima pemerintah?
Ya harus yakin. Kami mem­buka rumah pengaduan itu kan bermaksud untuk menerima lapo­ran masyarakat tentang keboho­ngan pemerintah. Di situ nanti bisa kita lihat apakah kebohongan itu sudah menjadi kultur di negara ini. Maka kita lihat saja. Asal yang mengadu itu, benar-benar orang yang punya data dan fakta yang kuat, tentu kita pasti me­nindak­lanjutinya.

Bagaimana reaksi publik ter­hadap rumah pengaduan ini?
Mendapat dukungan besar. Sebab, ini gelombangnya besar dan dahsyat sekali.

Apa maksud gelombang be­sar itu?
Ya, kita lihat saja reaksi peme­rin­­­tah. Kan jelas sekali, pemerin­tah tidak merespon kritikan dari ma­­syarakat. Kalau tidak ada se­per­ti ini maka gelom­bang tidak besar.  [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA