“Kami tetap lakukan kritik-kritik yang pedes terhadap pemeÂrintah bila ada kebijakan yang tidak pro rakyat,†tegas Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya SBY menyampaiÂkan banyak pujian terhadap peran PBNU selama ini. Misalnya, NU telah menunjukkan peran yang tepat, tidak berkoalisi dengan peÂmeÂrintah tapi sekali-sekali memÂberikan kritik, rekomendasi dan pandangan-pandangan untuk kebaikan pemerintah. Dan sekali-sekali memberikan dukungan manakala pemerintah memerÂlukan dukungan dari komponen bangsa.
“Saya juga mencatat betapa besar peran dan kontribusi bukan saja NU tapi GP Anshor sejak dilahirkan hingga hari ini dalam memajukan bangsa Indonesia. Yang saudara lakukan tercatat abadi dalam sejarah kita. Saya berharap silakan diteruskan untuk berbuat yang terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia,†papar SBY.
Said Aqil Siradj selanjutnya menyamÂpaiÂkan terima kasih kepada SBY yang telah menyamÂpaikan puÂjianÂnya, tapi kritik tetap mereka lakukan.
“Kalau kita mengkritik itu deÂngan hikmah, dengan bijak. Tapi bukan berarti kita menjilat. Bukan,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Sebenarnya bagaimana kedeÂkaÂtan PBNU dengan pemerinÂtah?Kalau NU itu pada prinispnya ormas berbasis non politik. Jadi kita membangun kerja sama deÂngan siapa saja selama itu meÂnyangkut kepentingan masyaraÂkat banyak, seluruh rakyat, untuk bangsa, ya kita harus bermitra dengan siapapun. Presiden siapaÂpun, penguasa siapapun, bukan hanya saat SBY menjadi PreÂsiden.
Ketika pemerintah menyimÂpang, kita sikapi, kita kritisi. Tapi cara mengkritiknya NU punya
fatsoen, punya akhlak, jauh dari kata-kata keras atau kasar. Tidak akan menggunakan kata-kata pembohong. Kita tidak akan pakai kata-kata itu dalam mengkritik.
Jadi kritik NU pada pemeÂrinÂtah lebih halus dan lebih meÂngena dalam menyikapi kebijaÂkan pemerintah yang menyimÂpang?Ya. Alquran kan mengatakan seperti itu. Kalau kita mengkritik itu dengan hikmah, dengan bijak. Tapi bukan berarti kita menjilat.
Apa NU bersikap oposisi terÂhaÂdap pemerintah?Nggak begitu. Tekanannya bukan di situ. Bahwa kita sebagai penguat pilar sosial, komuniti yang memÂperkuat pondasi sosial. Itu harus memperkuat pemerintah dalam arti memperkuat bangsa. Tapi di sini pemerintahnya siapaÂpun, bukan diartikan hanya SBY.
Jadi siapapun, selama pemeÂrintah itu menjalankan program pro rakyat dalam pembangunan, kita pasti mendukung. Kalau pemerintah salah kita kritik.
Namun bukan dalam arti keÂtika mendukung, itu koalisi. Ketika mengkritik, itu oposisi. BahasaÂnya itu amar makruf nahi munkar.
Apa kirik PBNU selama ini sudah meÂnonÂjol ?Kata siapa kita tidak terlalu meÂnonjol dalam mengkritik pemerintah. Ketika menghadapi Malaysia kita kritik, ketika ada maslah TKW (Tenaga Kerja Wanita) di mana 12 ormas datang ke PBNU protes meminta mengÂhentikan pengiriman TKI (TeÂnaga Kerja Indonesia), saya biÂlang waktu itu pemerintah harus tegas menyelesaikan masalah TKI di luar negeri.
Kemudian saya kritik dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang kurang efektif, kurang netes ke rakyat kecil. Tapi saya tidak mau mengkritik itu ngumpul ramai-ramai, agak tendensius. Kritik yang paling menonjol itu saya kira saat kasus Malaysia, saya bilang pemerintah kurang tegas menyelesaikan masalah TKW, KUR yang tidak netes sampai ke bawah, hanya menyenÂtuh kelas menengah ke atas.
Pidato SBY atas 10 capaian pemeÂrintah apakah realitasnya seÂperti itu?Ya, artinya pemerintah itu sudah ada yang berhasil, tapi maÂsih banyak yang belum berhasil. Itu kalau kita melihatnya seperti itu. Memang tidak gampang atau lebih beratlah problem saat ini. Tapi yang sudah berhasil harus kita akui dong, masa nggak. Kebehasilan itu ada, yang tidak berhasil juga banyak.
Tidak berhasil itu seperti apa?Ya seperti peÂÂnegakan huÂkum dan keaÂdilan yang belum dirasaÂkan betul oleh rakyat kecil. KeÂtika Mpok Minah yang mengamÂbil kapas dihukum tapi yang korupsi BLBI yang jumlahnya triliunan ternyata sulit untuk meÂnemukan rasa keadilan itu. KeÂmuÂÂdian harga-harga naik. Pelaku-pelaku ekoÂnomi kongloÂmeÂrat yang mengÂangkangi batuÂbara, minyak dan gas. Itu semua saya kritik.
Sejumlah tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa peÂmeÂrinÂtahan SBY berbohong, Bagaimana menurut Anda ?Kalau saya melihatnya itu terÂlalu kasar, tapi itu terserah meÂreka, bukan urusan saya. Tapi kami dari NU ketika mengkritik itu ada fatsoen, yaitu tidak mengÂgunakan kata-kata kasar.
Tapi PBNU tetap dekat deÂngan tokoh-tokoh itu kan?Ini bukan persoalan merangkul atau tidak merangkul, kondisinya tidak seperti itu. Ketika mereka melakukan kritik, menggelar perÂtemuan, ada pernyataan bersama terus menyatakan bahwa ada kebohongan, menurut saya itu terlalu politis. Bukan amar maruf nahi munkar. Kesannya minimal politis. Kalau saya itu ketika melakukan kritik bukan politis, bukan mau melengserkan, kemuÂdian melakukan gerakan-gerakan bersifat politik, tidak. Saya hanya melakukan amar makruf nahi mungkar, apapun namanya.
Ke depan pemerintahan SBY harusnya bersikap bagaimana?Ya harus lebih tegas lagi, diÂsiplin, betul-betul berpihak pada rakyat kecil. Saya pernah meÂnyamÂpaikan kritik bahwa kemisÂkinan bukan hanya 13 persen tapi lebih banyak.
Bahkan saya pernah mengaÂtakan 30 persen, malah karena memang kenyataannya warga miskin masih banyak kan. Itu kan merupakan satu kritik tapi tidak dinyatakan dalam bentuk kata-kata bohong.
Apa benar SBY pernah menÂjaga jarak dengan PBNU pada pemilu lalu?Itu dalam arti politik. Negara maju manapun, fungsi
civil society harus berperan. Negara ambruk kan karena hanya mengÂanÂdalkan partai politik. Jadi biarÂlah NU ini tidak berpolitik prakÂtis, tapi berperan sebagai peÂnyangga. Penyangga peradaban, budaya, agama, akhlak.
Anda menyikapi bagaimana puÂjian-pujian SBY kepada NU?Kita terima kasih pada pujian itu. Pujiannya tidak menjadikan kita lupa, atau kita lepas kontrol atau berlebihan. Ya berterima kasih.
Ke depan apa yang akan dilaÂkuÂkan NU untuk meningkatkan peÂrannya dalam kehidupan berÂnegara?Semua lembaga-lembaga yang ada di sini harus bekerja keras.
Insya Allah Lazisnu (Lembaga Amal Infak dan Sedekah NahdatÂul Ulama) sedang kita bangun. Belum lama ini Lazisnu menÂdamÂpingi 1.000 anak yatim, baru damai Indonesiaku, kemudian maarif kita bangun.
[RM]
BERITA TERKAIT: