WAWANCARA

Eman Suparman: Mohon Maaf, Jangan Terlalu Mengejar Apa-apa Yang Harus Saya Selesaikan...

Jumat, 31 Desember 2010, 03:12 WIB
Eman Suparman: Mohon Maaf, Jangan Terlalu Mengejar Apa-apa Yang Harus Saya Selesaikan...
RMOL. Akhirnya, Eman Suparman terpilih menjadi Ketua Komisi Yudisial (KY). Dia menggantikan Busyro Muqoddas yang kini menjabat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Eman terpilih melalui pleno yang digelar di kantor KY, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, pukul 14.20 WIB, kemarin.

Eman memperoleh empat suara. Sedangkan ‘pesaingnya’ Abbas Said mendapatkan 3 suara. Imam Anshory menjadi wakil ketua setelah menang 4 suara, mengalahkan Abbas Said dengan 2 suara, dan Jaja Ahmad Yayus dengan 1 suara.

Eman berkomitmen menerus­kan kinerja KY terdahulu dan se­gera mengasesment tugas-tugas yang harus segera dilaksa­nakan. Yang ditinggalkan oleh KY jilid I, terkait pelaporan masyarakat dan lain-lain.

“Kami juga akan memantau bagaimana perkembangan dan penyempurnaan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang KY yang menjadi sumber pe­ngua­tan dalam tubuh lembaga pengawasan hakim tersebut di DPR. Tampaknya itu sedang dijanjikan oleh pihak DPR akan dibahas. Paling tidak, ini menjadi tugas dasar kami ke depan,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Berikut kutipan wawancara selengkapnya:

Apa saja tugas yang belum diselesaikan oleh Ketua KY ter­dahulu, Busyro Muqoddas?
Saya belum tahu pasti mana tugas yang belum diselesaikan. Tapi kemarin, saya baru menga­dakan pertemuan dengan Biro Pengawasan Hakim (Was­kim). Biro ini yang sudah mem­pre­sentasikan hal-hal yang sudah, sedang, dan yang akan ditangani. Jadi, hanya Biro Waskin yang sudah saya ketahui. Tapi biro-biro yang lain belum dijadwalkan oleh Sekjen. Jujur saja, sejauh ini kami memperbaiki KY dalam meka­nis­me pemilihan ketua.

Berarti belum ada yang akan Anda kerjakan dong?
Bukan begitu, karena kami nggak ada waktu. Kami baru ber­tugas selama empat hari. Dalam empat hari ini secara marathon kami memperbaiki persoalan, tapi terhalang dengan ketidak­hadiran Haji Abbas, karena Ayah­nya meninggal. Sehingga kami tidak bisa bekerja, sebab dalam rapat pleno kan pengam­bilan ke­putusan harus dihadiri semua anggota KY. Kami kha­watir jika mengambil keputusan tanpa kehadiran Haji Abbas, rasanya tidak menghormati be­liau sebagai senior. Terhalang gara-gara itu.

Berarti Anda menyalahkan Pak Abbas?
Maksud kami bukan begitu. Jadi, kami mohon maaf  kalau kami belum optimal bekerja da­lam seminggu ini. Dalam arti, saya sebagai anggota saja, belum bisa  melakukan apa-apa selama seminggu. Tapi selama seminggu itu, pimpinan sementara bisa di­pegang oleh Pak Abbas dan Wakil Ketuanya Pak Jaja. Sebe­lum terpilihnya saya.

Jadi, saya sebagai ketua belum tahu biro-biro yang lain. Se­hingga kami belum bisa mene­ruskan secara gamblang, apa-apa yang harus segera dilaksanakan. Kecuali Biro Waskin.

Jumat, 31 Desember ini, saya harus rapat. Jadi, mohon maaf jangan terlalu mengejar apa-apa yang harus diselesaikan. Sebe­rapa besar pekerjaan yang harus dilaksanakan.

Menurut Anda, apa saja ke­kurangan kepemimpinan KY periode sebelumnya?
Selama ini KY belum optimal dalam memanfaatkan teknologi informasi (IT). Saya bercita-cita untuk mengoptimalkan penggu­naan IT dan membuat data base hakim di seluruh Indonesia yang jumlahnya sekitar 7000 orang.

Datanya diperoleh melalui apa?
Dari data sensus kepegawaian hakim. Karena sensus mempu­nyai jaringan di seluruh Tanah Air. Insya Allah untuk kepen­tingan MA, data base hakim segera dimiliki KY dan MA. Se­mua data ada di Badan Kepega­waian Negara (BKN). Saya juga akan proaktif agar diadakan sensus melalui Badan Pusat Sta­tistik (BPS) untuk seluruh hakim-hakim di Indonesia.

Tujuan dari data base hakim itu apa?
Untuk melihat track record hakim selama bertugas.

Kapan itu dilaksanakan?
Insya Allah kami lakukan da­lam kurun waktu tugas kami.

Oh ya, bagaimana perasaan Anda setelah terpilih menjadi Ketua KY?
Saya bersyukur kepada Allah. Saya bertawakal, semoga Allah membimbing saya. Kegembiraan saya kembalikan kepada Allah. Mudah-mudahan Allah membim­bing saya dalam tugas-tugas ini, dengan amanah, rendah hati, jujur, teguh imannya, sehat jas­mani, dan rohani. Kemudian saya bisa mengabdi kepada Allah SWT, kepada rakyat, dan bangsa ini. Karena ini semua adalah anu­gerah Allah, dan bukan ke­ber­hasilan saya.

Adakah acara selamatan yang akan diadakan keluarga Anda?
Saya belum tahu. Sebab, ke­luarga saya di Bandung. Saya di sini. Jadi, saya belum pasti, apa­kah saya nanti bagaimana-ba­gaimana.

Apakah sudah ada anggota ke­luarga yang mengucapkan se­lamat?
Belum, sebab saya juga belum mengontak mereka. Lagipula istri saya sedang berada di luar kota.

Jadi, istri Anda belum tahu de­ngan terpilihnya Anda seba­gai Ketua KY?
Belum, nanti baru saya kontak kalau istri saya sudah sampai di Bandung. Lagi pula istri saya lupa membawa HP.

Adakah saran dari Pak Bu­syro kepada Anda?
Tidak ada, sebab Pak Busyro tidak pernah berkomunikasi semenjak terpilih menjadi Ketua KPK dan menyerahkan jabatan­nya pada waktu itu. Tadipun saya tidak sempat bersalaman. Karena saya dikerebuti wartawan. Hanya dari jauh, say hello pakai jempol tangan. Itu isyarat untuk mengu­capkan selamat, barang kali begitu. Tapi beliau keburu pergi dengan ajudannya.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA