Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Obama Datang, Obama Pulang

Catatan Adhie Massardi

Rabu, 10 November 2010, 00:00 WIB
MENUNGGU Godot alias Waiting for Godot adalah karya terpenting Samuel Beckett, sastrawan terpenting abad 20 kelahiran Dublin, Irlandia. Menunggu Godot mungkin naskah drama yang sering dipentaskan di panggung-panggung teater dan TV. Karena mengisahkan penantian manusia akan sesuatu yang sia-sia.

Di negeri kita, drama karya peraih Nobel Sastra pada 1969 ini, dipopulerkan WS Rendra (insya Allah arwahnya bahagia di sisi Allah SWT) pada awal tahun 70-an lewat apa yang kemudian dikenal sebagai Teater Mini Kata. Dari sinilah keaktoran Si Burung Merak ini di panggung teater nasional mulai terkenal.

Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI yang paling banyak dikecam masyarakat karena kelambanan geraknya dalam mengatasi persoalan bangsanya, memang bukan aktor jempolan seperti Rendra. Benar, kalau pidato gayanya memang oke. Di panggung-panggung politik, Yudhoyono bahkan sanggup meneteskan airmata. Sesaat kemudian bisa saja ia menyanyi dengan riang, atau tampak berang bila mendengar ada rencana mahasiswa mau melakukan demonstrasi besar-besaran.

Meskipun bukan aktor kesohor, dalam soal Presiden AS Barack Obama, kita lihat Yudhoyono seperti sedang memainkan lakon Menunggu Godot. Sebab sejak Obama dinobatkan jadi Presiden AS ke-44 pada 20 Januari 2009, terpancar di matanya harapan agar pemimpin negara adikuasa itu lekas datang ke Indonesia.

Pada mulanya, harapan itu sungguh masuk akal. Sebab Indonesia menyimpan kenangan khusus bagi Obama, yang saat balita pernah tinggal di Jakarta bersama ibunya. Jadi kalau Indonesia menjadi negara pertama yang disinggahi Obama dalam lawatan ke luar negeri, tentu akan mengharumkan nama Presiden Yudhoyono di dunia internasional.

Tapi kita semua tahu, Obama dua kali membatalkan kunjungannya ke Indonesia. Alasannya sangat klise, tapi terdengar heroik karena tampak sangat memperhatikan nasib para pemilihnya, kondisi bangsanya. Yaitu memperjuangkan jaminan kesehatan rakyat miskin AS dan menangani insiden kilang minyak lepas pantai yang menimpulkan pencemaran lingkuan serius di Texas.

Sekarang Obama benar-benar datang ke Indonesia. Hanya saja, situasinya sudah jauh berbeda dengan setahun lalu. Kini Obama bukan lagi primadona politik, baik di dunia internasional maupun di negaranya. Popularitas Obama sudah jauh merosot. Apalagi pekan lalu partainya (Demokrat) dikalahkan Partai Republik dalam pemilu memperebutkan kursi parlemen.

Meskipun tetap sebagai pemimpin dunia, pertemuan Presiden Obama dan Presiden Yudhoyono Selasa kemarin (9/11) di Istana tampak hambar. Bukan karena bakso atau nasi goreng yang disiapkan Istana kurang enak dibandingkan dengan yang dulu disantapnya di SD Menteng. Juga bukan karena Yudhoyono merasa kecewa setelah sekian lama menanti. Tapi situasi di negeri kita, secara etika dan protokol kenegaraan, kurang elok dijadikan pesta persahabatan antardua negara.

Maklum, Jakarta sedang dirundung duka mendalam. Sejumlah bencana melanda Indonesia . Banjir bandang campur longsor melumat Wasior, Papua. Gempa bumi yang disambung tsunami menghantam Mentawai, Sumbar. Sementara gunung Merapi meletus berkali-kali, memuntahkan lahar panas dan lahar dingin. Korban pun berjatuhan. Sangat banyak.

Lalu apakah kedatangan Obama sekarang ini menjadi tak berguna?

Mungkin tetap banyak gunanya. Terutama bagi Amerika Serikat, yang beberapa perusahaan multinasionalnya menguasai sumber-sumber energi di negeri kita. Sedangkan bagi Indonesia, AS tetap menjadi negara besar yang harus dihormati.

Begitulah kisah Menunggu Godot yang diadaptasi dari karya Samuel Beckett. Selamat datang, Obama. Selamat pulang, Tuan Presiden… [**]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA