Tapi kini sudah berbeda. Keduanya sepakat soal berbagai kritikan Mega ke pemerintahan, terutama soal konversi minyak tanah ke gas elpiji.
Bahkan, bekas anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu mengundang Mega untuk hadir dalam peresmian Monumen Bung Karno di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, 17 Agustus mendatang.
“Mega dan seluruh saudara saya undang. Saya berharap semua saudara saya itu bisa hadir dalam peresmian Monumen Bung Karno itu,’’ ujar bekas Ketua Umum Partai Pelopor, Rachmawati Soekarnoputri, kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengkritik pemerintahan SBY, bagaimana komentarnya ?
Saya kira dalam beberapa hal, apa yang dikatakan Mega betul. Misalnya saja soal elpiji. Kita sendiri sudah melihat efek dari konversi minyak tanah ke gas itu. Kelihatannya menurut penilaian saya, pemerintah kurang persiapan.
Kenapa bilang begitu?
Saya lihat ada kesan tergesa-gesa memberlakukan konsep (konversi minyak tanah ke gas) itu. Kelihatannya masalah teknis penanganan dan sosialisasi juga kurang matang. Jadi, ini kelalaian pemerintah.
Seharusnya apa yang dilakukan?
Niat untuk melakukan konversi tersebut tujuannya mungkin baik untuk menekan subsidi minyak tanah. Tetapi dalam memberlakukan suatu kebijakan itu harus dipikirkan jauh-jauh hari dan matang. Kemudian dipikirkan juga bagaimana segi teknis untuk mengurangi atau menekan kerugian masyarakat.
Jadi, kalau saya lihat kritikan Mega itu nggak ada salahnya, karena kejadiannya memang betul begitu.
Apakah Anda setuju keputusan pemerintah terkait konversi tersebut?
Ya, tapi kan pada waktu itu alasannya untuk mengurangi subsidi minyak tanah. Menurut pemrakarsanya pemakaian minyak tanah tidak praktis. Ya, oke-oke saja. Tapi dalam implementasinya harusnya jauh-jauh hari sudah siap mengantisipasi dari segala masalah teknis. Tabungnya harus dipikirkan, dan segi keamanannya juga dong.
Selama ini Anda selalu kontra dengan Mega, tetapi kritikan Mega kali ini kenapa seirama?
Saya kira setuju saja. Sebab, soal elpiji itu memang kenyataannya membawa bencana. Ini tidak bisa diatasi pemerintah. Buktinya, selalu saja gas elpiji meledak, sehingga rakyat dirugikan.
Berarti hubungan dengan Mega semakin membaik dong?
Ya, biasa-biasa saja. Kalau saya kan independen dari awalnya. Jadi, dalam beberapa hal memang kurang serasi.
Misalnya apa saja yang kurang serasi itu?
Ah, nggak usah diceritain semuanya.
Kalau kritikan Anda ke SBY apa ya?
Wah banyak. Misalnya, soal kemacetan, masalah konversi gas, masalah BBM, masalah listrik, masalah Century, dan masih banyak lagi deh. Jujur saja ya, dalam penegakan hukum, raportnya masih merah.
Kenapa selama ini nggak digaungkan kritikannya itu?
Saya kira kita selalu kritis. Sebab, sejak Partai Pelopor didirikan sikap kritis itu sudah ada. Saya selaku Ketua Umum tentu wajib melakukan kritikan demi perbaikan nasib rakyat.
O ya, kalau hubungannya sudah membaik dengan Mega, apakah ada niat duduk berdampingan mengikuti peringatan 17 Agustus mendatang?
Kalau 17 Agustus saya ada rencana di kampus Universitas Bung Karno (UBK) untuk meresmikan monumen Bung Karno yang memang sudah tertunda hampir tiga tahun ini. Sebab, pada waktu itu saya Wantimpres. Tapi karena sudah selesai jabatannya, saya wujudkan aspirasi dari akademika untuk membangun monumen Bung Karno. Jadi 17 Agustus nanti sekaligus meresmikan patung Bung Karno di kampus UBK.
Jadi, nggak ke Istana dong?
Merayakan 17 Agustus itu kan tidak harus di Istana, bisa di mana saja, termasuk di Kampus UBK. Apalagi saya meresmikan monumen Bung Karno, sang proklamator.
O ya, siapa saja yang diundang ke peresmian monumen itu?
Semua pihak keluarga, beberapa tokoh, dan semua handai tolan. Artinya kita ini melakukan kegiatan peringatan 17 Agustus ini sebagai warga negara masyarakat.
Apakah Mega diundang juga?
Ya dong, diundanglah, semua keluarga kita undang.
Apa Mega akan hadir?
Mudah-mudahan hadir. Saya belum mendapat konfirmasi. Tapi harapan saya semua saudara-saudara saya bisa hadir.
[RM]
BERITA TERKAIT: