Bang Ersa, panggilan akrab almarhum, tewas mengenaskan diterjang timah panas dalam kontak senjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sebelum tewas, GAM menculik dan menyandera almarhum, juru kamera Ferry Santoro serta dua istri anggota TNI selama berbulan-bulan. Pemberontakan GAM kala itu dipicu ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat.
Kini GAM dan pemerintah sudah berdamai namun masih meninggalkan luka: Bang Ersa tewas sia-sia meninggalkan istri dan anak yang kala itu masih kecil-kecil.
Kini, Aceh kembali "memanas" setelah Mendagri Tito Karnavian memasukkan empat pulau milik Aceh ke pemerintahan Sumatera Utara (Sumut) yang dipimpin Gubernur Bobby Nasution, ipar Samsul dan menantu Joko Widodo alias Mulyono.
Apakah Mendagri Tito ingin balas budi kepada Mulyono dengan cara "menyenangkan" kubu "blok Medan"? Tanpa mempertimbangkan perasaan "Rakyat Aceh"?
Ironinya, rakyat Sumut pun ramai-ramai menolak tindakan Mendagri dan sebaliknya: mendukung sikap rakyat Aceh.
Presiden Prabowo harus bertindak cepat. Batalkan keputusan Mendagri. Kepercayaan rakyat Aceh kepada pemerintah pusat harus segera dipulihkan.
Jangan sampai Aceh kembali bergejolak. Jangan ada lagi Ersa-Ersa lain yang tewas sia-sia.
*Penulis adalah Wartawan Senior
BERITA TERKAIT: