Dalam perspektif hubungan internasional, kolaborasi ini dapat dipandang sebagai "jembatan emas" yang menghubungkan dua kekuatan ekonomi untuk memperkuat peran mereka di tingkat global.
Terlebih lagi, keanggotaan Indonesia dalam BRICS memperluas peluang kerja sama multilateral.
Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia-IndiaHubungan historis antara Indonesia dan India tidak dapat dipisahkan dari interaksi perdagangan dan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad. Pada era kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-13), perdagangan rempah-rempah, hasil hutan, dan barang-barang berharga lainnya menjadikan Indonesia sebagai mitra dagang utama India.
Jalur perdagangan maritim yang melintasi Samudra Hindia menjadi jalur utama yang menghubungkan kedua negara (Glover & Bellwood, 2004). Pasca kemerdekaan, hubungan ini diperkuat oleh visi progresif Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, dua tokoh revolusioner yang memiliki visi serta komitmen dalam memperjuangkan kemerdekaan dan solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Momen penting lainnya adalah Konferensi Asia-Afrika pada 1955 di Bandung yang menegaskan solidaritas negara-negara berkembang dan memperkuat kolaborasi bilateral antara Indonesia dan India (Glover & Bellwood, 2004).
Secara ekonomi, perdagangan bilateral mengalami peningkatan signifikan. Pada 1961, nilai perdagangan mencapai USD 30 juta. Pada awal abad ke-21, kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono ke India menciptakan momentum baru untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral yang melonjak signifikan hingga mencapai USD 1,8 miliar pada 2004 dan terus tumbuh hingga lebih dari USD 20 miliar pada 2022.
Pilar-Pilar Kerja Sama: Ekonomi, Politik, dan Sosial-BudayaHubungan perdagangan Indonesia-India mencatat pertumbuhan signifikan dalam dua dekade terakhir. Pada 2022, total perdagangan bilateral mencapai USD 21 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke India meliputi:
• Minyak kelapa sawit (40%): India adalah konsumen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, menjadikannya pasar strategis bagi Indonesia .
• Batubara (25%): India bergantung pada batubara Indonesia untuk kebutuhan energi domestiknya .
• Produk pertanian dan pertambangan lainnya (25%)
Sebaliknya, Indonesia mengimpor dari India:
• Produk farmasi (30%): India adalah salah satu eksportir farmasi terbesar di dunia.
• Kendaraan bermotor dan suku cadang (25%).
• Teknologi informasi dan tekstil (20%).
Dalam hal investasi, India telah menggelontorkan dana besar di sektor teknologi, infrastruktur, dan manufaktur di Indonesia, sementara perusahaan Indonesia seperti Gojek telah berekspansi ke pasar India. Pada tahun 2022 tercatat nilai Kerja sama kedua negara di bidang infrastruktur mencapai USD 15,2 Miliar yang mencakup proyek kereta api cepat, pelabuhan, dan pembangkit listrik energi terbarukan yang didukung oleh Perusahaan-perusahaan besar seperti Tata Power dan Adani Group.
Eratnya hubungan bilateral antara Indonesia-India dibuktikan dengan penanda tanganan 15 Memorandum of Understanding (MoU) mulai dari G to G, B to B, hingga P to P yang mencakup sektor: (Indonesia, 2018)
• Kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan
• Kerjasama Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa untuk tujuan damai
• Kerjasama dalam bidang IPTEK
• Regulasi bersama mengenai produk obat
• MoU antara KADIN dan Confederation of Indian Industries (CII).
• Dll
Keanggotaan BRICS: Babak Baru Hubungan Indonesia-IndiaBRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) adalah blok negara-negara berkembang dengan pengaruh signifikan dalam ekonomi global yang bertujuan untuk memperkuat suara negara-negara berkembang di hadapan dominasi-dominasi negara maju Global South atau barat. Sejak 6 Januari 2025 Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS.
Dalam keterangan resminya, Menteri Luar Negeri menyebut Indonesia melihat priotias BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait dengan ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan atau pemajuan sumber daya manusia. (BBC News, 2024). Keanggotaan Indonesia dalam BRICS menjadi jembatan emas dan membawa peluang untuk memperluas jejaring perdagangan dan investasi, khususnya dengan India, yang memiliki peran sentral dalam teknologi, manufaktur, pertanian dan sektor jasa.
Data menunjukkan bahwa pada 2022, perdagangan Indonesia dengan negara-negara BRICS mencapai USD 125 miliar, menunjukkan pentingnya forum ini dalam memperkuat posisi ekonomi Indonesia di panggung global.
Sementara itu, Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Trading Economics memperkirakan PDB Indonesia sebesar USD 1,44 triliun atau tumbuh sebesar 5,11% pada tahun 2024 (Trading Economics, 2024). Serta, India ekonomi terbesar ketiga di Asia yang memiliki populasi lebih dari 1,4 miliar orang, dan menjadikannya pasar terbesar kedua di dunia.
Dengan PDB sekitar USD 3,7 triliun pada 2024 atau tumbuh sebesar 7% dengan penopang produksi utama yang berasal dari sektor jasa, pertanian, teknologi informasi, dan manufaktur (Widodo, 2024), hal ini sejalan dengan prioritas utama pemerintah Indonesia yang disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri yaitu sektor ketahanan pangan, energi, dan pemajuan sumber daya manusia, sehingga hal ini menunjukkan potensi besar Indonesia dan India untuk mempererat kerjasama.
Resminya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS tentu menjadi jembatan emas bagi hubungan bilateral Indonesia-India yang telah dibangun sejak lama. Kerjasama bilateral ini dapat memberikan berbagai dampak signifikan seperti pertumbuhan ekonomi bagi kedua negara melalui peningkatan perdagangan dan investasi yang dapat membantu memperkuat daya saing kedua negara di pasar global. diversifikasi pasar, akses pasar India yang besar membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada mitra dagang tradisional seperti China dan Amerika Serikat.
Lalu kolaborasi teknologi dan energi hijau melalui New Development Bank (NDB) BRICS, Indonesia dan India dapat menjajaki pembiayaan bersama untuk proyek di bidang teknologi dan energi terbarukan yang mendukung transisi menuju pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dan juga mencapai stabilitas regional melalui kolaborasi dalam forum multilateral seperti BRICS dan G20 sehingga mendukung kontribusi kedua negara pada stabilitas politik dan keamanan kawasan.
Selain itu Indonesia memiliki peluang besar untuk mempererat hubungan dengan India, salah satu pendiri BRICS yang memainkan peran utama dalam kelompok tersebut. India, sebagai anggota BRICS, telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dengan PDB mencapai sekitar USD 3,93 triliun pada 2024 atau tumbuh sebesar 7% (Widodo, 2024).
Negara ini memiliki populasi lebih dari 1,4 miliar orang, menjadikannya pasar terbesar kedua di dunia setelah China. Sementara itu, Indonesia, dengan PDB sekitar USD 1,4 triliun pada 2024, merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa.
Meskipun memiliki potensi keberhasilan kerjasama yang besar, terdapat tantangan yang harus dihadapi oleh kedua negara. Salah satunya ketidakseimbangan dalam perdagangan sehingga dikhawatirkan dominasi India dalam teknologi dapat menciptakan ketergantungan ekonomi di Indonesia, lalu konflik di kawasan Indo-Pasifik menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas kerja sama.
Investasi besar di sektor infrastruktur dan energi tentu juga menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga prinsip keberlanjutan (SDGs) dalam pengelolaannya sehingga tidak memperburuk dampak perubahan iklim. Dengan tantangan ini, penting bagi Indonesia dan India untuk terus berkolaborasi guna mengatasi hambatan dan memaksimalkan potensi kerjasama mereka demi mewujudkan tatanan ekonomi dunia baru yang berporos kepada kawasan Asia.

Penulis adalah Ketua Indonesia-India Youth Forum
BERITA TERKAIT: