Namun sayangnya hingga kini situasi persiapan pelaksanaan pemasangan Chattra Borobudur tampak masih tertunda.
Pemasangan tertunda seperti mengalami hambatan yang lebih bersifat teknis prosedur karena terkait dengan tata cara ritualnya.
Dalam konteks ini, para pemuka dan pimpinan spiritual agama Buddha tampaknya perlu secara lebih intens mendukung keputusan pengumuman pemerintah tersebut.
Dalam hal ini Dewan Sangha beserta para pimpinan umat Buddha dibawah koordinasi Dirjen Bimas Buddha kiranya dapat merealisasikannya.
Baik dari sisi agenda waktu pemasangan, masa prosesi ritual keagamaan Buddha yang diperkirakan akan berlangsung sejak tujuh hari sebelum dan sesudah pemasangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan akan kesakralan Candi Borobudur bagi umat Buddha di dunia.
Ini adalah sebuah momentum penyempurnaan Candi Agung Buddha melengkapi akhir penantian spiritual religius yang telah ditunggu penuh kesabaran oleh umat Buddha khususnya, dan juga bagi kembalinya bukti awal sejarah penampakan utuh Candi Borobudur.
Suatu pelestarian peninggalan karya monumental sebuah situs keagamaan yang langka di dunia ini.
Maka sudah selayaknya agenda pilihan waktu ditentukan oleh referensi hasil rapat antar pemuka agama Buddha dan Dirjen Bimas Buddha beserta jajarannya untuk memberikan rekomendasi jadwal pelaksanaan sekaligus pembentukan panitia pelaksanannya dalam waktu dekat kepada Menag Yaqut.
Dengan dimaknai secara sungguh-sungguh keputusan bernuansa spiritualis ini hendaknya umat Buddha Indonesia dapat mengadakan upacara puji syukur pada saatnya untuk menyambut penyempurnaan kembalinya Chattra "memayungi" stupa utama Candi Borobudur dengan penuh khidmat ritualistis.
Dan tentu saja upacara sakral pemasangan Chattra ini dapat diliput dan disaksikan seluruh umat Buddha dan masyarakat dunia dimanapun berada, termasuk wisatawan religi maupun bukan secara langsung. Sehingga menjadi saksi salah satu upacara bersejarah bagi keagungan Candi Borobudur.
*Penulis adalah pemerhati sosial politik
BERITA TERKAIT: