Dari sisi pembangunan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Jateng, adalah yang terendah di daratan Jawa. PDRB perkapita mengukur nilai tambah dari output ekonomi suatu daerah yang dibagi dengan jumlah penduduk. Menggambarkan nilai tambah bruto yang dihasilkan setiap penduduk dalam suatu daerah dalam satu periode waktu tertentu.
Instrumen untuk mendorong pertumbuhan PDRB perkapita adalah perimbangan keuangan, investasi daerah/PMTB, pengelolaan fiskal daerah/PAD, peningkatan SDM, belanja daerah serta pengendalian inflasi daerah. Ini sebagai katalis positif bagi peningkatan PDRB perkapita.
Daerah, dengan PDRB yang rendah, menggambarkan lemahnya kemampuan untuk menggerakan seluruh kekuatan elementer, untuk memotori ekonomi daerah.
PDRB perkapita yang rendah, menggambarkan mesin ekonomi kurang dioptimasi. Faktor
leadership kepala daerah, menjadi elemen penting dalam menavigasi ekonomi suatu daerah.
Selain itu, Jateng dibawa Ganjar juga monorehkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah di daratan Jawa. IPM Jateng cuma naik di 72,16, terendah se daratan Jawa. IPM yang rendah, menggambarkan rendahnya capaian pembangunan.
DKI IPM tertinggi dan Jateng terendah. Di sinilah saya mau bilang keberhasilan suatu pembangunan suatu daerah atau negara itu “
subject to†manusia.
Achievement-nya adalah IPM yang tinggi.
IPM mengukur 3 aspek; akses terhadap pendidikan, kesehatan dan ekonomi dengan kategori sangat tinggi: IPM ≥ 80; tinggi: 70 ≤ IPM < 80; sedang: 60 ≤ IPM < 70; rendah: IPM < 60.
Berbeda dengan Jateng, IPM Jabar 2022 adalah 73,12, Jatim: 72,75, Jabar: 73,12, DIY: 80,65 dan DKI: 81.
*
Penulis pernah aktif di Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur
BERITA TERKAIT: