Kapolresta Jambi, Kombes Eko Wahyudi kepada pers mengatakan: "Itu cairan lain. Sampel diduga sperma diambil dari vagina korban. Lalu, saksi ahli mengatakan bahwa itu bukan sperma.â€
Memang ada cairan semacam sperma. Tapi penelitian lab membuktikan, itu semacam gel, atau mirip rebusan tepung tapioka. Disebut kanji.
Ada bukti lain, bekas cakaran di beberapa bagian tubuh korban. Membentuk luka parut. Penyidik meneliti lebih dalam, ternyata itu bekas cakaran korban sendiri. Maka, laporan Yunita ditutup. Penyidikan dihentikan.
Yunita tersangka pelecehan seksual 17 anak, 11 laki dan enam perempuan. Ia sudah sepekan ini ditahan di Polres Jambi. Modus pelecehan, dia membuka rental Playstation (PS) di rumah di kawasan Alam Barajo, Kota Jambi. Anak-anak usia 14 tahun ke bawah pada datang main PS. Di situ mereka dilecehkan Yunita.
Bentuk pelecehan beragam. Ada yang dipertontonkan foto dan video porno. Dia juga membuat lubang pada dinding kamar, diberitahukan ke anak-anak. Lalu dia berhubungan seks dengan suami, sehingga anaka-anak mengintip di lubang itu.
Ada juga yang dilecehkan langsung dengan sentuhan fisik. Semua korban dimintai keterangan polisi, rata-rata didampingi ibu mereka. Para tetangga Yunita protes keras. Akhirnya Yunita jadi tersangka.
Yunita memang punya kelainan. Itu dilaporkan sang suami, AF kepada penyidik. Kasusnya karena psesifik, maka ditangani Polda Jambi.
Dirreskrimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta kepada pers mengatakan, AF melaporkan, istrinya menuntut hubungan seks terlalu sering. Sampai AF kewalahan. Jika permintan itu tidak dilayani suami, Yunita mengancam akan mencincang anak mereka, bayi usia setahun.
Ancaman itu bukan kosong. AF cerita ke polisi, jika isterinya puas berhubungan seks, maka dia melukai diri sendiri, dengan menyilet lengan. Setelah puas berhubungan seks, dan keluar darah dari lengan yang disilet, barulah dia puas.
UPTD PPA (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak) Provinsi Jambi sudah memeriksakan Yunita ke RS Jiwa Jambi.Hasilnya memang ada kelainan jiwa. Tapi penyidik belum menjelaskan detail.
Kasus Yunita jarang terjadi di Indonesia. Tapi baru saja terjadi di Inggris. Sangat mirip dengan kasus Yunita.
Dikutip dari
The Guardian, Rabu, 4 Jananuari 2023, berjudul: “
How Eleanor Williams’s lies about grooming and abuse unravelledâ€, dipaparkan, gadis Eleanor Williams (21) dari Barrow-in-Furness, kota pelabuhan di Cumbria, Inggris, lapor ke polisi bahwa dia diperkosa dan dianiaya, bahkan dijual dijadikan pelacur.
Pelaku yang diadukan Williams adalah pebisnis Inggris, Mohammed Ramzan (43). Kejadian pada akhir tahun lalu. Williams menyertakan bukti foto-foto, mata kanan bengkak membiru, perut ada banyak bekas luka.
Williams melapor polisi. Dikatakan Williams, setelah dia diperkosa Ramzan, lalu dijual sebagai budak seks kepada 15 pria keturunan Asia.
Laporan itu diunggah Williams ke medsos, sehingga viral. Dalam sehari unggahan itu dikomentari lebih dari 100 ribu warganet. Semua warganet yang komentar, mengutuk Ramzan. Efeknya meluas ke seluruh wilayah Inggris. Restoran milik orang Asia di sana langsung sepi pengunjung. Warga Inggris marah.
Polisi setelah memeriksa, menahan Ramzan yang sudah berkeluarga punya dua anak. Keluarga Ramzan di-
bully warganet.
Ternyata, setelah beberapa hari polisi menyidik, laporan Williams palsu. Semua saksi yang ditunjuk Williams menyangkal. Bahkan, para saksi mengaku, tidak kenal Williams. Maka, kondisi berbalik, Ramzan dibebaskan, Williams ditahan karena membuat laporan palsu. Kini masih dalam proses sidang.
Polisi Inggris memeriksakan Williams ke psikiater. Hasilnya, dinyatakan Williams menderita Munchausen Syndrome. Ini jenis kelainan jiwa, suka menyakiti diri sendiri. Juga gemar mengaku disakiti dan diperkosa.
Dr Jane Fisher dalam karyanyi bertajuk: "
Playing patient, playing doctor: Munchausen syndrome, clinical S/M, and ruptures of medical power", dipublikasi di jurnal ilmiah
The Journal of Medical Humanities (2006) menyatakan, pengidap Munchausen Syndrome suka membikin gangguan buatan.
Antara lain, menyakiti diri sendiri. Banyak kasus pengidap Munchausen Syndrome (MS) mengaku diperkosa, dengan bukti-bukti seolah valid. Tapi sesungguhnya palsu.
Dr Fisher dosen juga peneliti psikiatri di Fakultas Kedokteran, Monash University, Melbourne, Australia. Ia menulis tentang SM itu hasil riset terhadap pasien.
Dipaparkan, pengidap MS suka membesar-besarkan atau menciptakan sesuatu yang tidak ada, berbentuk gejala penyakit pada dirinya sendiri. Bisa juga menyakiti dirinya langsung. Tapi, kebanyakan mengarang suatu cerita, seolah dirinya teraniaya oleh orang lain. Tujuannya tidak jelas.
Banyak dokter menganggap, pengidap MS cuma mencari perhatian. Padahal, perilaku pengidap MS selalu berulang. Menyakiti diri sendiri, atau cerita bahwa dirinya dianiaya orang.
Dalam beberapa kasus ekstrem, orang dengan MS sangat berpengetahuan tentang praktik kedokteran. Juga bisa menghasilkan gejala yang mengakibatkan analisis medis yang panjang dan mahal.
Penyebab pasti, belum diketahui dunia kedokteran. Peneliti percaya, faktor biologis dan psikologis berperan dalam perkembangan gangguan jiwa ini. Faktor risiko untuk mengembangkan gangguan buatan mungkin termasuk trauma masa kanak-kanak. Atau tumbuh dengan orang tua atau pengasuh yang tidak tersedia secara emosional (tidak sayang pada anak tersebut).
Satu-satunya jalan sembuh cuma diterapi psikologis.
Di kasus Yunita, menurut AF, dia suka menyilet tangan setelah berhubungan seks. Itu masochist. Kelainan seks, suka menyakiti diri sendiri saat berhubungan seks, dan itu menimbulkan kepuasan. Yunita juga mengaku diperkosa, yang terbukti palsu. Apakah dia mengidap MS?
Pengidap MS suka mengaku diperkosa, menurut Dr Fisher, tanpa tujuan jelas. Sedangkan, Yunita mengaku diperkosa untuk melawan laporan 17 anak yang dia lecehkan. Dua hal beda.
Betapa pun, RS Jiwa sudah menyatakan Yunita mengidap kelainan jiwa. Apakah dia bakal dipenjara atau diterapi di RS Jiwa, tergantung hasil sidang kelak.
Penulis adalah Wartawan Senior
BERITA TERKAIT: