Dengan pilkada seperti sekarang yang penuh politik uang, pemenang pilkada akan terdorong untuk korup demi mengembalikan miliaran uang yang telah dikeluarkannya. Karena pilkada kepala daerah dari malaikat jadi iblis, kata Mahfud.
implikasinya: Mahfud mengklaim dirinya bukan iblis karena ia menjadi pejabat yang ditunjuk, bukan dipilih.
Tetapi bagaimana kalau boss adalah iblis karena, sesuai dengan definisi Mahfud, adalah orang yang dipilih dalam pemilu langsung. Bisakah malaikat jadi bawahan iblis?
Ataukah malaikat harus berubah menjadi iblis supaya bisa jadi bawahan iblis? Lalu salahnya Rizal di mana?
Kalau soal bodoh dan ngawur, coba lihat argumen profesor ini. Dia bilang korupsi muncul dari sistem pilkada yang menerapkan pemilu langsung. Mari kita cek dari kenyataan gamblang saja (
self-evidence).
Kenyataan itu: pemilu langsung di seluruh negara demokrasi berlangsung bersih dan jurdil. Hasilnya: kepala daerah terpilih kompeten dan terpercaya, wilayahnya semua maju.
Kalau di sini pemilu langsung menghasilkan pemerintahan yang korup, salah sistem pemilu atau salah orang dan salah sistem-sistem yang lainnya? Hanya orang bodoh dan ngawur yang akan menyalahkan sistem pemilu.
*Penulis adalah Anggota Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI)
BERITA TERKAIT: