Jadi belum lama, baru satu bulan. Kata Erick Tohir jangan ribut. Jadi siapa ini tukang mengeluh dan tukang ribut bro?
Sepanjang bulan November 2021 harga minyak berada di posisi di bawah 70 dolar per barel. Sejak awal April 2020 sampai Desember 2021, harga minyak berada di bawah 50 dolar.
Sampai dengan awal Juli 2021 harga minyak masih berada di bawah 70 dolar sebarel. Posisi di rata-rata harga minyak di posisi 70-75 dolar per barel bertahan sampai pertengahan Desember 2021.
Nah pemerintah mulai mengeluh ketika posisi harga minyak di atas 90 dolar yang baru berlangsung selama satu setengah bulan terakhir.
Ini bisa membuat subsidi bahan bakar minyak membengkak. Sementara utang subsidi pemerintah sudah menumpuk selama bertahun tahun.
Namun berbeda dengan Pertamina Hulu Energi (PHE) yang justru tertawa lebar mendapatkan harga minyak mencapai posisi tertinggi dan sangat menguntungkan. Jika harga minyak mentah terus bertahan di atas 100 dolar, maka mereka bisa tertawa sampai terpingkal pingkal. Ini oil boom jilid 2.
PHE bagaikan ketiban durian runtuh. Mereka baru saja dipisahkan dari Pertamina melalui sub holding. Sebagai sebuah entitas sendiri yang membawahi semua operasi hulu Pertamina.
Ditambah Blok Rokan yakni Blok Migas dengan produksi minyak terbesar di Tanah Air, kini berada di bawah penguasaan PHE. Sebelumnya Blok Rokan dibeli oleh Pertamina seharga 750 juta dolar AS dari perusahaan Chevron.
Sebagai sub holding, PHE rencana akan dijual sebagian sahamnya ke publik melalui pasar modal. Ini bisa jadi saham PHE akan laris manis doborong oleh investor.
Berarti PHE akan dapat lebih banyak uang lagi. Ditambah lagi setelah itu PHE tampaknya akan menerbitkan surat utang
global bond sebagimana dilakukan oleh induknya Pertamina. Maka lebih banyak lagi uang yang didapatkan PHE sebagai dampak kenaikan harga minyak.
Jadi tak perlu mengeluh ya soal kenaikan harga minyak, ini akan memberi keuntungan besar kepada pendapatan negara yang makin besar dari bagi hasil minyak, dan ini menjadi momentum bagi PHE mengeruk uang dari hasil minyak, dari jual saham, dan dari ngutang.
Harusnya pemeruntah tertawa terbahak-bahak.
Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia
BERITA TERKAIT: