Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Persaingan Lima Calon Direktur Jenderal Organisasi Buruh Sedunia, Kemana Suara Dunia Berlabuh?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teuku-rezasyah-ph-d-5'>TEUKU REZASYAH, PH.D</a>
OLEH: TEUKU REZASYAH, PH.D
  • Minggu, 09 Januari 2022, 18:54 WIB
Persaingan Lima Calon Direktur Jenderal Organisasi Buruh Sedunia, Kemana Suara Dunia Berlabuh?
International Labour Organization (ILO) saat ini sedang mencari calon direktur jenderal baru untuk menggantikan Guy Ryder yang akan segera berakhir pada bulan Maret 2022/Net
DIAM-DIAM saat ini sedang terjadi persaingan bagi kepemimpinan organisasi perburuhan di dunia. Ternyata International Labour Organization (ILO) yang didirikan tahun 1919 lalu, saat ini sedang mencari calon direktur jenderal yang baru guna menggantikan Guy Ryder asal Inggris. Masa jabatannya akan segera berakhir pada bulan Maret 2022.

Sebagaimana diputuskan oleh persidangan ILO bulan Maret 2021 dan bulan Juni 2021, Badan Pengatur ILO telah mengumumkan terbukanya kursi direktur jenderal pada tanggal 1 Juli 2021. Kemudian pada tanggal 1 Oktober 2021 telah tercatat resmi lima kandidat direktur jenderal.

Siapa saja kandidat Direktur Jenderal ILO tersebut?

Pertama Greg Vines asal Australia. Ia merupakan mantan Direktur Jenderal bidang Manajemen dan Pembaruan ILO. Kedua Gilbert F Houngbo asal Togo. Ia merupakan mantan Wakil Direktur Jenderal di ILO.

Ketiga Prof Mthunzi Perry-Mason Mdwaba asal Afrika Selatan. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ILO. Keempat, Muriel Penicaud yang merupakan mantan menteri perburuhan asal Perancis. Dan yang kelima adalah Kang Kyung-wha. Ia merupakan mantan Menteri Luar Negeri Republik Korea.

Kelima kandidat itu akan mengikuti sejumlah tahapan. Pada tanggal 20-21 Januari 2022 mendatang, Ketua Badan Pengatur ILO akan mewawancarai kelima kandidat direktur jenderal tersebut.

Selanjutnya pada tanggal 14-15 Maret 2022, Badan Pengatur ILO akan menyelenggarakan pemilihan Direktur Jenderal ILO itu. Kemudian pada tanggal 25 Maret 2022, Badan Pengatur ILO akan melakukan pemilihan langsung. Baru akhirnya pada tanggal 1 Oktober 2022, seorang Direktur Jenderal ILO yang baru mulai bertugas.

Bagi kelima kandidat di atas, pertarungan diplomatik telah berlangsung. Pertarungan ini bukan saja melibatkan reputasi mereka masing-masing, namun juga dukungan dari seluruh kekuatan nasional negara mereka beserta jaringan diplomatik dan bisnis internasional yang negara mereka miliki.

Mengamati reputasi mereka, sangatlah sulit memperkirakan kemana suara dunia, termasuk Indonesia, akan berlabuh. Kelima kandidat itu adalah tokoh terpandang, baik di dalam maupun luar negeri. Mereka juga telah memiliki basis pendukung dari negara-negara sahabat mereka. Karena itu diperlukan sebuah kajian yang komprehensif, agar dunia dan Indonesia tidak salah pilih.

Adapun aspek-aspek yang perlu diketengahkan adalah pendalaman atas ILO ke depannya, uji petik atas visi dan misi para kandidat, uji kredibilitas global mereka masing-masing, serta kecenderungan diplomatik dan bisnis dunia dan juga Indonesia dengan negara mereka.

Keadaan Dunia Perburuhan Di Masa Depan

Merujuk krisis perburuhan yang merebak diseluruh dunia saat ini, diperkirakan tantangan terbesar ILO adalah memenuhi hak-hak dasar pekerja di bidang kesejahteraan ekonomi, perlindungan hak dasar mereka, kesetaraan gender dalam dunia kerja, jaminan kesejahteraan ekonomi, perbaikan struktur pengupahan, serta menempatkan para buruh sebagai pelaku aktif dalam pembuatan kebijakan ekonomi nasional.

Mengingat telah mampatnya ilmu pengetahuan, teknologi, manajemen, dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis lingkungan hidup, diperkirakan dunia usaha di masa depan akan sarat dengan cepatnya perubahan teknologi, terutama sekali di sektor robotika dan otomatisasi.

Sebagai akibatnya, akan terjadi gejolak akibat berbagai pilihan teknologi, spesialisasi pekerjaan, serta penyesuaian berbagai keterampilan akibat terus berlangsungnya perang dagang di seluruh dunia, yang membuat perusahaan-perusahaan besar berpindah lokasi secara cepat.

Dalam susasana yang mencekam di atas, diperkirakan serikat buruh di tingkat internasional akan mencari keseimbangan baru, guna mengakomodir harapan para anggota mereka. Tidak saja hajat hidup mereka sudah menurun akibat pandemi Covid-19, namun mereka juga terjerat utang dengan suku bunga yang tinggi, sehingga terus mengancam kelangsungan hidup ratusan juta tenaga kerja, serta meruntuhkan solidaritas sosial mereka. Sebagai akibatnya, sudah terjadi penurunan produktifitas ekonomi nasional, yang berpotensi menimbulkan berbagai gejolak politik dan ekonomi di tingkat global.

Terdapat juga potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini tertutup rapat, namun mulai merebak akibat peralihan pemerintahan di banyak negara, yang mengincar dukungan dari serikat buruh di tingkat nasional dan di bawahnya. Pada saat yang sama, diperkirakan serikat buruh akan terus menghadapi isu-isu seperti diskriminasi wanita, PHK akibat buta teknologi informasi, gejolak angkatan kerja baru yang lepas sekolah, serta menurunnya kualitas kesehatan para buruh akibat mewabahnya virus Covid-19 yang terus bermutasi.

Saat ini, lebih dari empat miliar umat manusia tidak memiliki perlindungan sosial, sementara separuh pekerja dunia hidup di sektor informal ekonomi. Situasi ini tidak dapat diterima secara moral dan menghambat pertempuran melawan pandemi, serta pembangunan kembali ekonomi dunia berdasarkan prinsip-prinsip stabilitas, persaudaraan sosial dan perdamaian.

Visi dan Misi Para Kandidat

Visi Greg Vines, calon asal Australia ini memandang perlunya ILO di masa depan memprioritaskan pemulihan akibat pandemi, dengan keadilan sosial dan kelayakan kerja yang berpusat pada manusia, yang ditangani secara berkelanjutan, demi tercapainya keadilan sosial yang berpusat pada manusia itu sendiri. Merujuk pengalamannya sebagai wakil Direktur Jendral ILO, diperlukan peniadaan kekerasan dan pelecehan di dunia kerja serta menutup adanya kesenjangan gender.

Sementara itu, Muriel Penicaud dari Perancis berkomitmen membawa ILO menjadi organisasi yang benar-benar melindungi individu dan memberdayakan semua orang, menciptakan syarat untuk kontrak sosial baru untuk menyelaraskan pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan dan keadilan sosial. Termasuk juga melawan ketidaksetaraan dan melindungi individu, juga berarti membangun akses universal terhadap perlindungan sosial yang memadai.

Visi Gilbert F Houngbo dari Togo adalah keadilan sosial harus dilestarikan dan dilindungi, sedangkan solusi global untuk tantangan dan peluang harus fokus pada nilai-nilai kemanusiaan, lingkungan, ekonomi dan sosial. Singkatnya, dibutuhkan kontrak sosial global yang baru.

Visi Prof. Mthunzi Perry-Mason Mdwaba dari Afrika Selatan adalah membangun ILO menjadi organisasi yang peduli terhadap para pegawainya dan kepada para konstituen ILO, juga agar ILO memberikan jaminan martabat setiap orang yang terlibat dalam dunia kerja.

Lalu visi Kang Kyung-wha dari Korea Selatan adalah membangun kepemimpinan ILO yang berfokus pada kemanusiaan, pemulihan dan ekonomi manusia. Selanjutnya, berperan aktif dalam penyelesaian masalah kerja di masa depan, menghormati perbedaan, melindungi hak-hak universal buruh, serta menghormati ILO yang mampu bekerja secara demokratis dan berdaya tanggap tinggi.

Kredibilitas Lima Calon

Semua calon Direktur Jenderal ILO ini luar biasa. Greg Vines yang saat ini menjabat Direktur Jenderal ILO Bidang Manajemen dan Pembaruan, berpengalaman menangani berbagai konferensi ILO, serta telah mewakili pemerintah, pengusaha dan pekerja dari Australia dalam berbagai forum perburuhan internasional. Vines sangat mendalami kerjasama ILO dengan PBB, termasuk membangun konsensus yang sangat pelik.

Tokoh ini sangat didukung oleh birokrasi Australia, yang sangat mengharapkan keberhasilan Vines dalam membangun ILO yang mampu melakukan sinergi pemerintah, pengusaha, dan para pekerja di seluruh dunia. Diperkirakan tokoh ini akan didukung negara-negara persemakmuran Inggris.

Muriel Penicaud dari Perancis memiliki pengalaman sebagai Menteri Tenaga Kerja, Duta Besar urusan investasi internasional, sarat dengan pengalaman sebagai pemimpin bisnis internasional, serta memiliki komitmen tinggi dalam pengambilan keputusan yang berbasis konsultasi. Reputasi tokoh ini teruji selama Kepresidenan G7 Prancis pada tahun 2019 silam, yang sangat mempengaruhi hubungan ILO dimasa depan dengan IMF dan OECD.

Tokoh wanita ini juga dikenal luas dalam dunia usaha Perancis seperti Danone dan Dassault Systèmes, yang memiliki jaringan global. Diperkirakan tokoh ini akan didukung oleh negara-negara bekas jajahan Perancis.


Gilbert F Houngbo adalah tokoh yang juga luar biasa. Mantan Presiden Togo antara tahun 2008-2012 ini pernah juga menjabat President of International Fund for Agricultural Development (IFAD), serta sebagai Deputy Director-General, International Labour Office (ILO), bidang operasi dan kerjasama. Tokoh ini dikenal dekat dengan PBB, dan pernah menjadi dewan penasehat pada Price Waterhouse Canada.

Walaupun tokoh ini memiliki nama yang baik di negaranya dan juga organisasi internasional, namun berpotensi sulit meyakinkan dunia akan kepemimpinan negaranya di bidang industri, manajemen, bisnis, dan teknologi.

Prof. Mthunzi Perry-Mason Mdwaba adalah tokoh besar di Afrika Selatan. Ia pernah mengetuai berbagai lembaga seperti Association of the South African Music Industry (RISA), Information Technology Association (TIA), Wakil Presiden Business Unity South Africa (BUSA), Ketua Dewan University of the Western Cape Council, serta wakil ketua International Organization of Employers (IOE) untuk ILO. Diperkirakan tokoh ini akan menghadapi masalah yang sama dengan mitranya dari Togo.

Sementara itu, Kang Kyung-wha yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri Republik Korea tahun 2017-2021 silam, adalah satu-satunya kandidat asal Asia, sebuah kawasan yang secara ekonomi berkembang pesat. Sepanjang karirnya, tokoh ini pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Jenderal di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta mengetuai berbagai persidangan PBB yang berhubungan dengan HAM dan masyarakat dunia yang terpinggirkan.

Tokoh ini bertanggung jawab atas peran internasional negaranya diberbagai bidang, sehingga diperkirakan akan membagikan keberhasilan Korea Selatan dalam menurunkan jumlah pengangguran, termasuk membagikan keunggulan Industri 4.0 yang sudah teruji guna mendukung hubungan perburuhan ditingkat dunia.

Arah Suara Dunia dan Republik Indonesia

Peranan Republik Indonesia dalam kemenangan salah satu calon sangatlah penting. Saat ini Indonesia adalah anggota Dewan Pengatur ILO periode 2021-2024, yang pada tanggal 14 Juni 2021 silam, memperoleh 210 dukungan dari 230 total suara, dan mewakili Kawasan Asia Pasifik bersama Australia dan Pakistan. Pada intinya Indonesia memegang peranan strategis dalam memutuskan kebijakan, anggaran, program-program, termasuk pemilihan Dirjen ILO itu sendiri.

Pada prinsipnya Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik dengan seluruh kandidat Dirjen ILO, yang masing-masing berasal dari Australia, Perancis, Togo, Afrika Selatan, dan Republik Korea. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi seperti solidaritas Asia Afrika bersama Afrika Selatan dan Togo, serta solidaritas dalam G20 bersama Australia, Perancis, dan Korea Selatan. Dengan posisi tersebut, Indonesia diharapkan cermat dan dapat membawa kepentingan nasionalnya dalam menentukan sikap, termasuk berbagi manfaat untuk kehidupan perburuhan Indonesia dimasa depan.

Namun tidak dapat dipungkiri, jika diplomasi budaya Korea Selatan yang sangat mendunia sebagaimana ditunjukkan dengan Soft Power negara ini di bidang pendidikan, budaya, bisnis, industri dan pariwisata, telah menjadikan nama baik negara ini menguat diseluruh dunia. Hasilnya antara lain adalah banyaknya generasi muda yang ingin bekerja di perusahaan Korea Selatan, ataupun aktif didunia usaha yang berhubungan dengan negara itu.

Terbukti diberbagai belahan bumi, perusahaan Korea Selatan relatif memiliki nama yang baik ditingkat pemerintah dan masyarakat, dan bersih dari sengketa perburuhan. Seorang Direktur Jenderal wanita seperti Muriel Penicaud dan juga Kang Kyung-wha, tentunya mendalami masalah masalah psikologis dan hubungan industrial yang terjadi diseluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara. Namun dari kedua calon ini, Kang Kyung-wha memiliki keunggulan, dimana visi yang dianutnya benar-benar memberikan perhatian yang tinggi akan hak-hak dasar umat manusia.

Pada saat yang sama, Korea Selatan dan Republik Indonesia sama-sama berkomitmen tinggi melaksanakan seluruh prinsip pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2030 mendatang, sebagaimana telah dinyatakan dalam forum regional ASEAN-Korea Relations.

Menyimak kehidupan perburuhan di Indonesia saat ini, masyarakat sangat tercengang dengan mengalirnya investasi Republik Korea, yang tidak saja bernilai miliaran USD, namun juga aktif memperkerjakan tenaga kerja lokal. Investasi Korea Selatan di Indonesia terus mengalir deras, sejak presiden Moon Jae-in menetapkan kebijakan New Southern Policy, dan menjadikan Indonesia sebagai kunjungan perdananya pada bulan November 2017 silam. Hubungan kedua negara meningkat tajam sejak kedua kepala negara meningkatkan status hubungan menjadi “Special Strategic Partnership" yang dilandaskan pada semangat kesamaan prinsip dan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan ekonomi terbuka. Kedua pemimpin juga sepakat bahwa kemitraan kedua negara bukanlah sekedar hubungan transaksional tetapi harus dilandasi semangat saling membantu.

Untuk pabrik mobil Hyundai di Cikarang saat ini, tenaga kerja asal Korea Selatan hanya bercokol di level pimpinan semata, dan tidak pernah terdengar adanya tenaga kerja Korea Selatan yang bergerak disektor Kerah Biru. Hal ini berarti Korea Selatan telah berjuang keras mensinergikan manajemen yang dianutnya, sebagaimana terbukti dengan tiadanya sengketa perburuhan di Indonesia. Untuk alih teknologi, tidak terhitung laboratorium teknik, serta teknologi dan informasi, yang didirikan negara ini diberbagai kampus ternama di Indonesia. Keberhasilan Korea Selatan di Indonesia ini tentunya akan menjadi modal Kang Kyung-wha dalam kampanye internasionalnya untuk memenangkan kursi Direktur Jenderal WTO.

Kemanakah suara dunia dan juga Indonesia akan tertuju?

Masih ada sedikit waktu bagi dunia dan Indonesia untuk berfikir. Mari kita nantikan bersama diplomasi global masing-masing negara diseluruh dunia. Tidak mustahil, dunia akan menyaksikan gelar pasukan BTS dan K-Pop serta seluruh khasanah budaya Korea Selatan guna menarik simpati dunia atas calon mereka. rmol news logo article

*Teuku Rezasyah adalah dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Jawa Barat

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA