Pendirian persyerikatan Muhammadiyah ini memang tak lepas dari hasil pembacaan dan penghayatan KH Ahmad Dahlan terhadap ayat tersebut. Kiai Dahlan memahami ayat itu sebagai perintah agar sekelompok orang menjalankan dakwah amar maruf nahi mungkar. Untuk mengefektifkan dakwah tersebut, dibutuhkan sebuah organisasi.
Karena itu, penyelenggaraan Muktamar XVII pada 26-28 November 2018 di Yogyakarta dengan tema “Menggembirakan Dakwah Islam, Memajukan Indonesia†harus dimanfaatkan kader Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia sebagai wadah atau momentum untuk merevitalisasi dan meneguhkan semangat dakwah amar makruf nahi mungkar. Ibarat telepon genggam yang baru dicas, kader Pemuda Muhammadiyah akan kembali memiliki semangat tinggi untuk menjalankannya usai pelaksanaan Muktamar.
Amar makruf nahi mungkar ini sangat penting. Sehingga tidak bisa ditinggalkan. Keberhasilan dakwah Islam sangat tergantung sejauhmana pelaksanaan doktrin ayat tersebut. Menganggapnya remeh atau malah mengabaikanya merupakan awal dari kemandekan bahkan kemunduran Islam. Karena itu, kader Pemuda Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya harus terus menjalankan dakwah amar makruf nahi mungkar ini.
Perintah untuk melaksanakan dakwah ini tidak hanya terdapat dalam Surah Ali Imran ayat 104. Seruan amar makruf nahi mungkar secara bergandengan bahkan terdapat di tujuh ayat lainnya dalam Al Quran. Yaitu, Surah Al-A’raf ayat 157, Luqman ayat 17, Ali Imron ayat 110 dan 114, At-Taubah ayat 71 dan 112, dan terakhir Surah Al-Hajj ayat 41 (Maarif, 2004).
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menjelaskan apabila dakwah amar makruf nahi mungkar ini benar-benar dilaksanakan, eksistensi umat menjadi bermakna. Umat mendapat julukan sebagai khoiro ummah atau umat terbaik (Ali Imron: 110). Akan tetapi, secara mafhum mukhalafah (pemahaman sebaliknya), apabila fungsi itu macet, umat kehilangan nyali dan keberanian untuk menjalankannya, mereka menjadi umat yang kalah dan terpuruk untuk tidak mengatakan sebagai syarru ummah.
Karena itulah menurutnya, amar makruf nahi mungkar ini merupakan tugas yang menantang sepanjang sejarah. Untuk bisa melaksanakannya, diperlukan kekuatan dan stamina yang prima. Apalagi Al Quran sendiri, seperti disebutkan dalam Surah Luqman ayat 17, menggolongkan amar makruf nahi mungkar dalam min azmil umur (perkara yang berat dan besar). Tekad, ketegaran, dan ketetapan hati mutlak dibutuhkan untuk bisa dan berhasil dalam melaksanakannya.
Dengan demikian, injeksi ghirah, serta perlunya pemantapan strategi dan pemetaan lapangan dakwah amar makruf nahi mungkar ini perlu menjadi perhatian kader Pemuda Muhammadiyah dalam Muktamar ini. Apalagi tantangannya semakin berat. Rakyat Indonesia memang mayoritas beragama Islam. Tapi yang memahami Islam dan mau melaksanakannya mungkin masih minoritas. Belum lagi kejahatan dan kemungkaran semakin beragam dan membahayakan. Misalnya fenomena free sex, minuman keras, narkoba, dan konflik sosial. Kader Pemuda Muhammadiyah harus tampil sebagai bagian dari solusi.
Kader Pemuda Muhammadiyah juga harus mau dan berani melakukan perubahan gerakan, yang dalam bahasa budayawan Alm. Kuntowijoyo, dari etika idealistik ke etika profetik. Dalam tulisannya Agenda Umat Islam (2000), Kuntowijoyo mengkritik umat Islam yang hanya mengedepankan aspek moral (idealistik). Sehingga gerakan nahi mungkar hanya menyasar persoalan judi, miras, narkoba, panti pijat, dan prostitusi. Sementara kejahatan yang terkait dengan KKN, HPH, konglomerasi, penyerobotan tanah, pelanggaran hukum, otoritarianisme dan kesenjangan, ormas Islam diam, tidak menggugat dan tidak mempersoalkan.
Dengan demikian menurutnya, perlu ada perubahan gerakan dari etika idealistik ke etika profetik. Karena para nabi (prophet), selain memperbaiki akhlak juga berpihak secara konkret pada lapisan lemah dan tertindas dalam masyarakat. Nabi Muhammad SAW misalnya, berpihak pada perempuan dan budak, Nabi Isa AS pada proletariat Roma, Nabi Musa AS pada orang tertindas Bani Israil, dan Nabi Nuh AS pada orang-orang nonelite. Selain humanisasi (amar makruf) dan liberasi (nahi mungkar), etika profetik juga harus disertai dengan transendensi (tukminuna billah).
Unsur yang ketiga itu adalah iman kepada Allah atau tauhid. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah M. Amien Rais dalam Tauhid Sosial Formula Menggempur Kesenjangan (1998), menjelaskan unsur pertama dari tauhid (la ilaha illallah) adalah verneinen atau mengingkari setiap thoghut (Al-Baqarah: 256). Yaitu keyakinan dan kekuatan non-ilahiah. Artinya, setiap muslim harus berani menolak setiap kebatilan dan ketidakbenaran sebagai manifestasi thoghut, yang dalam arti modern berupa tiran.
Makanya tugas dakwah ini sangat berat, seperti sudah disinggung di atas. Tantangan yang dihadapi tidak hanya dari orang per orang yang merasa terusik dan terganggu dengan gerakan amar makruf nahi mungkar. Tapi bisa jadi juga dari pemerintah. Karena kemungkaran yang disasar tidak hanya bersifat pribadi, tapi juga bisa kejahatan kerah putih yang melibatkan struktural-negara.
Meski demikian, seperti diingatkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pada pidato pembukaan Tanwir Muhammmadiyah 2017 di Ambon, Muhammadiyah tidak pernah surut dan takut beramar makruf nahi mungkar. Tetapi, Muhammadiyah juga tidak akan gegabah dalam menjalankan dua fungsi dakwah tersebut.
Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2018 di bawah kepemimpinan Dahnil Anzar Simanjuntak setidaknya sudah memberikan contoh. Karena telah melaksanakan dakwah amar maruf nahi mungkar. Tidak hanya secara idealistik, tapi juga profetik. Hal ini terlihat dari serangkaian kegiatan dan gerakan yang dijalankan selama empat tahun ini.
Misalnya, menyerukan perdamaian dan persatuan bangsa lewat program bersih-bersih rumah ibadah dan ekspedisi kebangsaan. Pelayanan dan advokasi sosial melalui Warung Dhuafa dan ikut terlibat dalam membela petani Kendeng dan Karawang. Mengungkap kematian Siyono di tangan Densus 88. Dan yang paling menonjol adalah Gerakan Berjamaah Melawan Korupsi. Beragam tantangan bahkan teror tidak terhindarkan, khususnya dialami oleh Dahnil Anzar Simanjuntak dalam menjalankan dakwah amar makruf nahi mungkar ini.
Karena itulah momentum Muktamar ini harus menjadi ajang peneguhan semangat tersebut. Kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah periode mendatang diharapkan melanjutkan dan menyempurnakan gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar yang telah dijalankan era Dahnil ini agar lebih sistematis dan komprehensif. Semoga.
Zulhidayat SiregarSekretaris PP Pemuda Muhammadiyah
BERITA TERKAIT: