Antara Ghodir Khum, Khulafa Rasyidin Dan Munafik

Kamis, 30 Agustus 2018, 14:25 WIB
GHODIR Khum, sebuah telaga kecil di persimpangan yang memisahkan jamaah haji saat itu dari berbagai penjuru daerah. Di tempat itu, 14 abad lalu pada tanggal 18 Dzulhijjah, persis hari ini, Rasulullah Saw menyempurnakan risalahnya dengan menyerahkan kendali agama Islam kepada sahabat besar yang sekaligus menantunya, Ali bin Abi Thalib.

Peristiwa penting itu terjadi bertepatan dengan haji terakhir Rasulullah SAW. Tidak lama setelah itu, Rasulullah SAW tutup usia. Innalillah wa innailaihi rojiun.

Setelah Rasulullah SAW wafat, Imam Ali SA menjalankan amanat Rasulullah SAW. Beliau buktikan dengan mengawal kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Usman sehingga tidak menyimpang dari rel yang sudah digariskan Rasulullah SAW.

Khalifah Umar sendiri mengakui, "Jika tidak ada Ali, maka hancurlah Umar". Pernyataan Khalifah Umar membuktikan bahwa Ali bin Abi Thalib tidak tinggal diam mengingatkan khalifah-khalifah saat itu.

Bahkan disinggung dalam sejarah, Imam Ali juga menciptakan kader-kader mumpuni yang nama mereka tidak pernah terdengar di masa Rasulullah SAW, tapi punya peran penting dalam membebaskan negeri Persia yang berhasil ditaklukkan di era Khalifah Umar RA.

Nama-nama yang dibesarkan dan dididik Ali bin Abi Thalib di era Khalifah Umar yang kemudian berperan penting dalam membebaskan Persia adalah sosok seperti Malik Asytar, Hujr bin Ady dan lain sebagainya.

Seperti yang ditulis Kyai Hubab, murid kesayangan Abuya Muhtadi Dimyati, Banten, Ali bin Abi Thalib tetap menjadi imam spritual yang menjaga hubungan manusia dengan Allah SWT sebagaimana peran Nabi SAW seusai beliau wafat. Karena peran itu, Imam Ali dituntut mengawal umat untuk tetap di jalan Allah SWT. Imam Ali pun mengerahkan daya upaya untuk menjaga Islam tetap terjaga.

Istilah Khalifah Rasyidin yang dibatasi pada empat khalifah, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, membuktikan kesuksesan Ali bin Abi Thalib menjaga amanat Rasulullah SAW. Terbukti dalam sejarah bahwa Islam tidak jatuh pada orang yang tidak bertanggungjawab seperti Muawiyah dan Yazid yang berujung pada perlawanan terhadap Imam Hasan SA dan Imam Husein SA.

Tragedi Karbala yang mengorbankan cucu kesayangan Rasulullah SAW, Sayidina Husein SA, bisa dikatakan sebagai puncak penyimpangan dalam sejarah Islam. Karena itu, umat Islam secara mayoritas bahkan secara aklamasi membatasi kekhalifahan yang patut dicontoh hanya Khulafa Rasyidin yang berujung pada Ali bin Abi Thalib dan tidak berlanjut pada Muawiyah, Yazid dan seterusnya.

Istilah Khulafa Rasyidin adalah sikap politik umat Islam atas kaum munafik yang tak ingin Islam berjaya. Semoga hikmah sejarah ini dapat dipahami dengan baik sehingga sejarah tak dipahami secara liener. [***]

Alireza Alatas
Pembela ulama dan NKRI/aktivis Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (Silabna)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA