Sumpah Pemuda Dan Navigasi Generasi Milenial

Minggu, 29 Oktober 2017, 03:14 WIB
Sumpah Pemuda Dan Navigasi Generasi Milenial
Bimo Sasongko/net
PERINGATAN Hari Sumpah Pemuda (HSP) 2017 bertema “Pemuda Indonesia Berani Bersatu”. Potensi demografi pemuda Indonesia yang jumlahnya sangat besar harus menjadi SDM penggerak kemajuan bangsa, bukan beban sosial yang menjadi pecundang zaman. Pemuda harus berani bersatu untuk wujudkan kemajuan disegala bidang.

Data demografi Indonesia menunjukkan jumlah pemuda di Indonesia dengan rentang  usia antara 16-30 tahun, sebanyak 61,8 juta orang. Secara kuantitas angka tersebut sangat besar potensi dan resikonya. Oleh sebab itu butuh navigasi agar potensi pemuda tidak salah kaprah dan salah urus. Pemuda saat ini disebut sebagai Generasi Milenial yang kesehariannya sangat akrab dengan perangkat teknologi informasi. Generasi milenial Indonesia mesti produktif dan inovatif. Jangan kerasukan  konsumerisme yang boros dan tergantung produk asing.

Mulai tahun 2020 sampai 2035, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus Demografi. Dimana jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Bonus demografi analog pisau bermata dua. Disatu sisi merupakan potensi atau peluang yang sangat strategis bagi sebuah negara untuk dapat melakukan percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan SDM usia produktif dalam jumlah yang besar. Namun jika salah kelola, maka bukan bonus yang didapat, tetapi bisa timbulkan malapetaka sosial.

Sumpah Pemuda adalah inisiatif hebat dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) saat 89 tahun yang lalu. Inisiatif melahirkan Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak kokoh bagi terwujudnya persatuan Indonesia. Aktualisasi semangat Sumpah Pemuda saat ini menjadi penting, lantaran bangsa ini membutuhkan inisiatif besar untuk menghadapi globalisasi. Persaingan ideologi dan politik telah berganti menjadi persaingan inovasi antar bangsa. Apalagi planet Bumi kondisinya semakin crowded sehingga perlu inisiatif persatuan dalam bentuk kolaborasi berkarya yang mampu melahirkan berbagai solusi cerdas. Melihat kondisi global, Indonesian butuh pemuda-pemuda yang benar-benar mampu kendalikan semangat zaman dengan inisiatif besar lewat berbagai inovasi untuk mewujudkan kemajuan bangsa.

Pemuda itu harus mampu menciptakan economic value sebesar-besarnya di negerinya yang kaya dengan sumber daya. Tata ekonomi dunia sekarang diwarnai dengan digitalpreneur yakni kewirausahaan dengan memanfaatkan teknologi digital. Dalam konteks diatas Indonesia membutuhkan platform besar “For Brighter Digitalpreneur” untuk mencetak digital inventor yang lebih banyak lagi dari kalangan pemuda. Agar dampak buruk teknologi informasi dan kerawanan generasi milenial bisa diatasi.

Peringatan HSP kali ini diwarnai dengan kerawanan generasi milenial yang alami ketergantungan berat terhadap akses internet. Aspek konektivitas tengah menjadi candu bagi generasi muda kini. Sayangnya hal tersebut belum mendongkrak produktivitas dan nilai tambah ekonomi kebanyakan pemuda. Belanja teknologi informasi dikalangan generasi milenial justru makin boros dan kurang digunakan untuk hal-hal yang produktif.

Hadirnya teknologi digital harusnya menjadikan Indonesia semakin produktif dan berdaya saing. Nyatanya belum demikian. Teknologi itu baru digunakan untuk hal-hal yang konsumtif. Remaja yang menggunakan TIK untuk  kegiatan inovatif produktif masih langka. Kerawanan generasi milineal diatas harusnya menjadi perhatian serius seluruh komponen bangsa.  

Kerawanan yang mengintai generasi milenial juga berupa kecenderungan anti sosial. Apalagi sekarang negeri ini belum ada arah yang jelas terkait dengan pengembanganteknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Mestinya TIK pendidikan bisa mengatasi dampak negatif dari interaksi generasi muda dengan perkembangan TIK. Sayangnya, kebijakan nasional terkait TIK pendidikan belum berhasil menjadi wahana untuk membentuk generasi milenial yang sehat dalam berkonektivitas. Era konvergensi teknologi informasi mestinya membentuk generasi milenial yang ideal, yang mampu lakukan konektivitas produktif, konten kreatif, kolaborasi inovasi, dan pengembangan pemikiran kontekstual. [***]

Bimo Sasongko
Presiden Direktur & CEO Euro Manajemen Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA