Aksi yang menyebabkan nyawa masyarakat sipil melayang itu mendapat perhatian dunia. Sebutlah presiden Turki Recep Tayep Erdogan, pemimpin ummat Katolik Paus Fransiskus tak luput mengecam aksi brutal tersebut di hadapan jutaan pengikutnya.
Betapa tidak, karena beragama dan menjalankan keyakinan agama adalah hak asasi manusia yang diakui oleh seluruh bangsa dan negara di dunia. Maka untuk itulah semua pemimpin di dunia mengecam tindakan aparat Israel. Membela kemanusiaan dan HAM.
Indonesia, sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif pun melalui Presiden Jokowi telah menunjukkan simpati atas Palestina dan mengutuk tindakan aparat Israel.
Presiden Jokowi bahkan memasukkan persoalan Palestina-Israel ini dalam salah satu butir kampanyenya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu. Tak tanggung-tanggung, meski terkesan klasik, secara meyakinkan mengajak pemimpin dunia yang bersidang tingkat tinggi OKI untuk memboikot produk produk Israel meskipun ya tak kunjung datang juga bentuk konkret seruan boikotnya.
Namun menurut hemat saya, cara-cara itu tidak cukup. Butuh cara yang progresif dan lebih berani.
Ada baiknya Presiden Jokowi langsung datang Ke Al Aqhsa. Menembus barikade kesombongan aparat dan pemerintah Israel. Mengikuti langkah yang pernah dilakukan oleh Presiden Soeharto, ketika konflik negara balkan. Menunjukkan keberpihakan Pada muslim Bosnia melawan Serbia.
Soeharto langsung mendarat di bandara Sarajevo dan melewati Sniper Valley yang merupakan salah satu medan pertempuran waktu itu Bosnia Vs Serbia.
Saat itu, Soeharto tidak memakai helm baja sebagai penutup kepala. Tidak juga jas atau rompi anti peluru. Berpakaian seperti biasa sehari sehari di tanah air. Dan ketika ditanya oleh Pak Syafri Samsodin alasannya kenapa nekat ke tengah daerah konflik itu, kita tidak punya uang dan harta untuk membantu Bosnia jawabnya.
Apakah usul untuk langsung datang ke Al Aqhsha, akan berhasil? Insya Allah iya. Mengingat Indonesia adalah negara yang sangat dihitung oleh dunia.
[***]
Karman BM Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)