Kosa kata lintang kemukus dipopulerkan oleh sastrawan Ahmad Thohari dalam trilogi cerpennya Ronggeng Dukuh Paruk, Lintas Kemukus Dinihari dan Jentera Budaya.
Mencermat situasi nasional saat ini tampaknya bangsa Indonesia dalam mara bahaya akibat dilintasi lintang kemukus.
Terlihat dari kondisi politik dan perekonomian Tanah Air yang carut marut. Kemiskinan semakin meningkat dan rakyat kecil digusur sana sini. Perilaku pemimpinnya korup. Tutur katanya tidak memiliki tata krama, kalam Illahi pun dinistai.
Akibat dari ucapan mulut busuk tadi rakyat berbondong-bondong memprotes. Frekuensi pergerakannya pun terjadi secara meluas di berbagai pelosok daerah. Rakyat berduyun-duyun mendatangi arena aksi dan institusi negara tanpa dimobilisir dengan iming-iming materialisme.
Kesadaran itu timbul didorong dari energi QS Al Maidah 51. Rakyat telah digerakkan oleh kekuatan yang bersumber dari Maha Kuasa. Datang menyampaikan aspirasi tuntutan agar si penghina Alquran dihukum. Tidak ada hal yang lain. Itu saja.
Tak dinyana betapa jumawanya para penguasa. Bukannya menegakkan hukum dan keadilan, malah sibuk menangkis tuntutan dan menantang. Mengumpulkan jenderal berbintang darat, laut dan udara untuk menandingi energi QS Al Maidah 51.
Bagai kisah raja Fir'aun dan bala tentaranya ingin menganyang Nabi Musa 'Alaihi Salam dan menghabisi pengikutnya. Mereka lupa bahwa rakyat itu dilindungi Sang Pencipta, triliunan bintang di langit. Sehingga sudah dapat diterka rezim ini akan berakhir tragis karena membawa prahara lintang kemukus.
Wahai kaum tertindas, bangkitlah! Raihlah Kemenangan!
Martimus AminKetua QOMAT (Qomando Masyarakat Tertindas)
BERITA TERKAIT: