Gonjang ganjing di partai Demokrat akan terus berlangsung dan semakin melebar serta menguat ketika mendekati penentuan DCS Legislatif antara 5 - 25 April 2013. Dengan sendirinya konflik di Partai Demokrat meruncing karena ketidak jelasan siapa yang berhak menandatangani daftar isian calon legislatif yang diajukan ke KPU, Anas atau SBY.
Para menteri, Staf khusus, pejabat-pejabat tinggi serta anggota DPR/D Partai Demokrat disibukan persiapan untuk kepuasan syahwat politiknya. Semua yang berada di sekeliling SBY sudah berfikir, bahwa jika beruntung maka maksimal bertahan hingga 2014 sehingga sisa waktu 14 hingga 18 bulan lebih baik digunakan untuk mengumpulkan logistik politik sebesar besarnya dengan menggunakan sisa kewenangan dari jabatan masing-masing.
Dalam situasi yang sangat ruwet ini SBY sudah tidak lagi didengar bahkan oleh orang-orang terdekat di sekelilingnya. Walaupun ketika berada dihadapan SBY semuanya manggut-manggut, tetapi dibelakang masing-masing bermanuver sendiri tanpa kordinasi.
Situasi serupa juga terjadi di Polri maupun TNI. Kepatuhan petinggi Polri dan TNI saat ini umumnya hanya sekedar mengamankan posisi agar tidak di mutasi ke posisi gersang dalam 14 bulan ini. Disisi yang lain konon beberapa petinggi Polri dan TNI pun sudah mulai melirik calon "tuan" baru untuk sandaran jabatannya pasca 2014. Situasi ini membuat para petinggi Polri dan TNI tidak mau memproteksi SBY berlebihan dan bertindak sangat berhati-hati agar tidak salah pilih langkah.
Pertahanan SBY saat ini tinggal lingkaran keluarganya saja. Celakanya, para keluarga ini bukanlah petarung politik yang handal dan bukan lawan berat karena mereka lahir dari fasilitas dan proteksi SBY sebagai Presiden bukan dari proses politik yang mematangkan kemampuan politik masing-masing.
[***]Penulis adalah Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (Pena 98)
BERITA TERKAIT: