Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rush Money Matikan Sektor Properti

Kamis, 24 November 2016, 09:17 WIB
<i>Rush Money</i> Matikan Sektor Properti
Foto/Net
rmol news logo Pelaku usaha berharap isu penarikan uang dari bank secara besar-besaran (rush money) tidak terjadi. Rush money akan memukul sektor properti yang saat ini mulai bangkit.

Country Manager Ru­mah123.com Ignatius Untung mengapresiasi, langkah pe­merintah yang langsung men­indaklanjuti isu rush money sehingga tidak mengganggu iklim bisnis properti. "Kalau dari kemarin pemerintah te­lat merespons itu, bisa kena pengaruhnya ke properti. Tapi isunya berkembang tidak lama, jadi tidak begitu terasa seka­rang,"  ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut dia, jika rush mon­ey benar-benar terjadi, sek­tor properti akan merasakan dampaknya. Tapi, tidak dira­sakan di semua kelas. "Karena ketika rush money orang akan lebih butuh uang cash daripada barang seperti properti," kata Untung.

Rush money hanya ber­dampak pada masyarakat ka­langan menengah ke atas yang memilih berpikir untuk mem­belanjakan uangnya di sektor properti. Mereka khawatir, jika uangnya dibelanjakan properti sekarang, tidak akan mampu mencicilnya di kemudian hari.

Dia optimis, dalam waktu dekat sektor properti bisa tumbuh lagi. "Kepercayaan diri harus dinaikkan, pemain properti harus bangkit sama-sama," cetus dia.

Wakil Ketua Umum REI Bidang Komunikasi Theresia Rustandi juga menilai, pasar properti di Indonesia sangat potensial. Berbagai isu tidak akan memberi dampak yang besar.

Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah berusaha men­dorong agar perusahaan yang baru melebarkan sayap dengan meluncurkan lini bisnisnya bisa turut komitmen di sektor ini. "Kita berharap mereka juga punya komitmen yang sama dengan perusahaan yang memang core business-nya dari awal properti," katanya.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Peru­mahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, isu rush money tidak akan meng­ganggu sektor properti.

Dia mengaku belum menda­patkan laporan dari para pengembang dan asosiasi terkait dampak rush money pada sektor properti. Menurut dia, sejauh ini sektor tersebut masih berjalan normal dan optimistis akan lebih cerah di tahun depan.

"Saya tanya di REI (Real Estate Indonesia) tidak ada apa-apa. Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indo­nesia) tidak ada apa-apa dan tidak ada pengaruh," ujarnya.

Jika isu rush money benar-benar terjadi, memiliki potensi dampak pada likuiditas dan stabilitas perbankan di dalam negeri. Namun, Basuki me­minta agar masyarakat dan pengembang tidak khawatir. "Tidak ada khawatiran. Aman saja, nggak ada apa-apa tuh," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani In­drawati mengatakan, isu rush money pada 25 November 2016 sangat mengganggu. Isu tersebut merupakan hasutan akan hal yang tidak baik.

Penarikan uang massal tidak akan menguntung­kan masyarakat. "Terutama masyarakat kecil," katanya.

Menurut dia, isu rush money justru akan menciptakan sua­sana saling curiga di antara masyarakat. Situasi tersebut bertentangan dengan keingi­nan pemerintah untuk mem­perbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA