Pernyataan keras itu disampaikan Bahlil saat berpidato di Malam Puncak HUT ke-61 Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta Selatan, Jumat malam, 5 Desember 2025.
“Partai Golkar pemilik sahamnya adalah rakyat, tidak dimiliki oleh siapa pun, tidak dimiliki satu kelompok tertentu apalagi keluarga tertentu,” tegas Bahlil disambut riuh tepuk tangan.
Bahlil lalu mengulas sejarah kelahiran Golkar. Kata dia, partai berlambang pohon beringin itu berdiri bukan tanpa alasan. Ada dua faktor besar yang melatarbelakanginya.
Pertama, demi menjaga stabilitas politik dan ekonomi nasional pasca Pemilu 1955. Saat itu, kondisi bangsa berada di titik nadir.
“Pengangguran terjadi di mana-mana, inflasi kita 650 persen,” ungkap Bahlil.
Kedua, lanjut dia, muncul ancaman serius terhadap ideologi bangsa. Ada kekuatan politik yang ingin menggeser Pancasila ke ideologi lain.
“Ditambah lagi dengan satu persoalan besar, adanya kelompok yang ingin mengubah ideologi Pancasila,” bebernya.
Dari kegelisahan itulah Golkar lahir. Bukan oleh segelintir elite. Tapi melalui Sekretariat Bersama yang menaungi 97 organisasi rakyat: petani, nelayan, buruh, wartawan, pegawai negeri, pemuda, hingga TNI-Polri.
“Itu identitas asli Golkar yang kami pegang sampai hari ini,” ujar Menteri ESDM itu.
Karena itulah, Bahlil menegaskan, Golkar tidak boleh dimonopoli siapa pun. Tidak oleh kelompok. Tidak juga oleh keluarga.
“Sudah sangat layak Golkar tidak dimiliki oleh siapa pun. Apalagi keluarga tertentu,” tandasnya.
Menurut Bahlil, Golkar adalah milik sah anak-anak rakyat. Partai karya yang lahir untuk bekerja, bukan untuk diwariskan.
“Golkar adalah milik sah anak rakyat. Doktrinnya jelas: karya kekaryaan untuk mensejahterakan rakyat. Itu dasar pemikiran Golkar,” tutupnya.
BERITA TERKAIT: