Peluncuran buku ini menjadi respon atas ancaman perubahan iklim yang semakin nyata di Tanah Suci.
Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung mengatakan, banyaknya jumlah jemaah haji Indonesia menjadi upaya besar untuk membangun kesadaran kolektif dalam menjaga lingkungan hidup sejak tahap awal keberangkatan.
“Karena haji kita jumlahnya sangat besar, 250 ribu orang, membangun kesadaran bagaimana ke depan aspek-aspek lingkungan itu betul-betul harus diperhatikan, mulai dari awal berangkat (haji) penggunaan alat-alat makan sebaik mungkin, sebisa mungkin kita gunakan yang bisa berulang-ulang dipakai (agar ramah lingkungan),” kata Azrul dalam peluncuran buku tersebut, di Muamalat Tower, Jakarta, Senin 23 Juni 2025.
Sementara Anggota Badan Pelaksana BPKH RI, Harry Alexander, mengatakan, inisiatif ini sekaligus menjadi momentum untuk mengubah paradigma ibadah haji yang selama ini dianggap eksploitatif dan kurang peduli lingkungan, menjadi lebih bertanggung jawab terhadap bumi dan generasi mendatang.
"Nah, kebetulan puncak hari bumi, setelah wukuf di Arofah. Sehingga inilah kita kemudian memunculkan isu
green haji
. Bahwa haji juga bisa menjadi puncak dari penyelamatan bumi kita," ujar Harry.
Adapun dalam buku ini terdapat sejumlah panduan praktis dan spiritual bagi jemaah, mulai dari cara mengelola sampah, menghemat air wudhu, konsumsi yang bertanggung jawab, penggunaan kain ihram organik, hingga langkah-langkah mengurangi emisi karbon selama dan setelah pelaksanaan haji.
Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, pelaksanaan haji menghadapi tantangan berat akibat krisis iklim. Suhu ekstrem di Arab Saudi, yang semakin meningkat tiap tahunnya telah menyebabkan banyak kasus heat stroke di kalangan jemaah.
Fenomena ini, kata Harry, membuat pendekatan
Green Hajj menjadi sangat relevan dan mendesak. Ia menyoroti pentingnya membangun kesadaran lingkungan, khususnya di kalangan jemaah haji generasi muda.
“Kami juga mencermati tren generasi jamaah haji di masa depan. Gen Z dan Milenial, yang jumlahnya signifikan dan memiliki kesadaran tinggi terhadap keberlanjutan telah menjadi kekuatan utama dalam mendorong transformasi ini,”kata Harry.
Ia menambahkan, salah satu upaya nyata yang sedang digencarkan adalah program wakaf pohon, di mana jemaah haji diajak menyumbangkan pohon sebagai bentuk kontribusi ekologis. Hal ini, katanya bisa menjadi sinyal kuat bahwa sektor keuangan syariah bisa menjadi motor penggerak transformasi hijau.
"Kami meyakini karena BPKH ini lembaga keuangan, kalau BPKH dan perbankan syariah sudah turun, maka the driver itu adalah financial institution. Karena kita tahu selama ini isu lingkungan selalu kalah dengan isu pembangunan ekonomi," kata Harry.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh stakeholder, termasuk ormas Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah, serta pesantren, untuk turut mengambil peran dalam gerakan ini.
Dengan potensi sekitar 17 juta calon jemaah haji yang memenuhi syarat secara kesehatan dan finansial, ia meyakini gerakan Green Hajj bisa menjadi kekuatan besar dalam mendorong gaya hidup berkelanjutan berbasis nilai keislaman.
"Sehingga kita mendorong emisi, kita menerangkan jemaah haji, dan kami minta tolong para perbankan syariah yang hadir di sini, mohon kita merespon semua isu-isu genetik dengan baik," tutupnya.
BERITA TERKAIT: