Luthfi menyebut angka kemiskinan di Jateng masih sangat tinggi, dan menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.
Namun, Luthfi menyebut pihaknya bukan nabi yang bisa membalikkan keadaan dengan sekejap.
“Selama kami menjabat dari tanggal 20 (Februari 2025), sudah sekitar 70 hari, kami bukan Nabi Musa yang bisa langsung mengubah suatu keadaan,” ucap Luthfi saat mengikuti rapat kerja bersama Kemendagri dan Komisi II DPR RI, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 30 April 2025.
Mantan Kapolda Jateng itu mengungkapkan, berdasarkan data terakhir, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah mencapai 9,58 juta jiwa.
“Di antara provinsi di Pulau Jawa, angka kemiskinan kita paling tinggi. Kita hanya menang dari Jogja,” ujarnya.
Meski begitu, Luthfi menegaskan bahwa Pemprov memiliki strategi dan komitmen kuat untuk menekan angka kemiskinan. Salah satu pendekatan utama adalah dengan memperkuat konektivitas dan sinergi antarwilayah.
“Jawa Tengah adalah sentralnya Jawa, karena jadi penghubung antara Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Maka Jateng harus mengalami perubahan nyata,” tegasnya.
Untuk mengatasi persoalan ini, Luthfi mengatakan telah mulai membangun komunikasi intensif dengan para bupati dan walikota se-Jawa Tengah.
Melalui rapat koordinasi dan tindak lanjut di daerah, ia berharap gagasan besar untuk penanggulangan kemiskinan bisa segera diimplementasikan.
“Kami akan menyampaikan gagasan dan menindaklanjutinya bersama seluruh kepala daerah. Ini bukan hanya pekerjaan satu pihak, tapi butuh kolaborasi semua elemen, dari provinsi hingga desa,” tandasnya.
BERITA TERKAIT: