Dikatakan Pemimpin Gerakan Beli Indonesia Dr (HC) Heppy Trenggono, hari ini Amerika Serikat terang terangan bicara tentang proteksionisme dengan menetapkan tarif hingga 100 persen demi melindungi industri dan pasar dalam negeri.
"Uni Eropa, India, dan Kanada membangun benteng ekonominya dengan berbagai regulasi antidumping dan kampanye nasionalisme ekonomi. Di Jepang, masyarakat secara sukarela menolak membeli produk asing," ujar Heppy kepada wartawan, Sabtu 12 April 2025.
Dijelaskan Heppy, keterbukaan yang terlalu lebar, membuat Indonesia harus menyaksikan kejatuhan demi kejatuhan di sektor industri strategis pada hari ini.
Lebih dari 60 perusahaan tekstil tutup, 14.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaan, pabrik baja nasional gulung tikar karena kalah bersaing dengan baja murah dari luar.
"UMKM pun megap-megap, omzet turun hingga 60 persen, pasar diserbu produk impor bahkan pakaian bekas ilegal yang melenggang bebas di pasar," terangnya.
Dia menyampaikan, sejak tahun 2011 Gerakan Beli Indonesia hadir sebagai respons terhadap persoalan tersebut. Sebuah gerakan moral dan ekonomi, yang mengajak rakyat Indonesia untuk membeli produk anak bangsa, untuk membela bangsa sendiri.
"Dalam senyap, gerakan ini dijalankan di berbagai ormas, berbagai komunitas, kampus, pesantren, bahkan di beberapa Pemerintahan Daerah. Banyak diantaranya membuahkan hasil yang terukur," tegasnya.
Dijelaskan Heppy, di Kabupaten Kulon Progo, provinsi DIY misalnya, implementasi Gerakan Beli dan Bela Kulon Progo terbukti mampu menurunkan angka kemiskinan hingga 6,25 persen dalam satu tahun.
Heppy menekankan Gerakan Beli Indonesia bukan kampanye belanja. Ia adalah sebuah gerakan kebangsaan, gerakan pembangunan karakter bangsa.
Dengan membangkitkan nasionalisme, menghidupkan rasa bangga dan percaya diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat.
"Gerakan dengan pesan jualan kemana saja, beli kepada bangsa sendiri," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: