AHY mengungkapkan bahwa ujian pertama terjadi saat Partai Demokrat menggelar Kongres Kelima, bertepatan dengan pengumuman pemberlakuan lockdown oleh pemerintah untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19.
Situasi ini membuat mobilitas menjadi terbatas, sementara Demokrat harus mengalihkan fokusnya untuk berkontribusi dalam menyelamatkan nyawa manusia serta membantu pemulihan ekonomi rakyat.
“Alhamdulillah, kita sebagai bangsa lulus dari ujian yang sangat berat tersebut,” ujar AHY.
Namun, ujian yang lebih berat datang di awal 2021. AHY mengenang bagaimana partainya mendapat ancaman serius terhadap kedaulatan, kehormatan, dan eksistensinya.
“Masih ingat? Ketika usia kepengurusan DPP bahkan belum satu tahun, kita menghadapi ancaman nyata dari sekelompok pengkhianat yang bersekongkol dengan oknum kekuasaan. Mereka ingin mengambil alih partai ini secara inkonstitusional, menabrak etika, moral, hukum, dan tentu saja akal sehat,” tegasnya.
Meski menghadapi tekanan besar, AHY bersyukur karena seluruh kader Demokrat di berbagai daerah tetap teguh, bersatu, dan melawan ketidakadilan tersebut.
Menurutnya, keberanian dan kesetiaan kader menjadi kunci dalam menyelamatkan partai dari ancaman yang berusaha menggoyahkan eksistensinya.
Dukungan dari masyarakat pun mengalir deras, dengan tagar Selamatkan Demokrasi menggema di berbagai ruang publik, media massa, hingga media sosial.
AHY menilai hal itu sebagai bentuk solidaritas dari para pecinta demokrasi yang memahami bahwa perjuangan Partai Demokrat adalah bagian dari upaya menjaga demokrasi di Indonesia.
“Tentu kita segera
move on, tentu kita telah memaafkan, tetapi kita tak pernah melupakan begitu saja," tutup AHY.
BERITA TERKAIT: