Pernyataan ini disampaikan, antara rombongan kelompok purnawirawan mantan jenderal Kopassus dengan kelompok pemuda lokal.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia (Petani), Darmawan menyusul adanya insiden bentrokan yang terjadi pada 28 Januari 2025 di Desa Pasir Muncang, Tangerang.
Ia mengendus kejadian ini ada upaya sistematis untuk menciptakan ketegangan di masyarakat.
“Kami melihat ada pola yang berulang, di mana konflik selalu bermula dari kepentingan luar yang ingin menguasai sumber daya lokal, sementara masyarakat kecil menjadi korban," kata Darmawan kepada
RMOL, Kamis, 30 Januari 2025.
“Kami mendesak Kapolri dan Kepala BIN untuk turun tangan lebih serius dalam mengantisipasi potensi konflik. Jangan sampai ada pembiaran yang justru memperkeruh situasi dan merugikan rakyat kecil,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa sejarah konflik di Tangerang dan sekitarnya menyimpan luka mendalam bagi masyarakat.
"Akar sejarah konflik lokal begitu kelam, terutama dengan adanya peristiwa Gedoran Banten yang mengakibatkan ribuan korban dari etnis tertentu di masa lalu. Oleh karena itu, jangan sampai ada lagi kelompok kepentingan yang memicu konflik horizontal di wilayah ini demi keuntungan politik atau ekonomi," jelasnya.
"Masyarakat harus bersatu menjaga perdamaian dan tidak terpancing provokasi pihak-pihak yang ingin mengadu domba,” tegas dia.
BERITA TERKAIT: