“Boleh saja prediksi dan opsi soal produksi beras nasional, tapi soal impor 1 juta ton beras dari India pastikan produksi dalam negeri dan penyerapan gabah petani maksimal dulu," ujar anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, dalam keterangan resminya, Kamis, 31 Oktober 2024.
Riyono memaparkan, berdasarkan catatan BPS, pada 2020 pergerakan produksi beras mencapai 54,56 persen, masih lebih tinggi ketimbang 2019 yang hanya 54,60 persen. Sementara total luasan panen pada 2020 lalu mencapai 10,66 juta hektare, dengan sentra produksi terbesar di Provinsi Jawa Timur.
Adapun, harga gabah kering giling di tingkat petani masih mengalami kenaikan sebesar Rp5.320 atau naik 0,03 persen. Ke depan, pergerakan produksi harga gabah kering panen masih akan meningkat.
Di samping itu, produksi beras pada 2020 juga naik 31,33 persen ketimbang 2019 hanya 31,31 persen. Meski naik tipis, pemerintah berhasil mengendalikan produksi beras, sehingga kebutuhan masyarakat masih tercukupi dengan baik.
Lalu produksi beras 2022 sebesar 54,75 ton Gabah Kering Giling (GKG) setara 31,54 juta ton beras naik 0,59 persen dari 2021 sebesar 184.50 ribu ton dengan luas panen 10,54 juta Ha. Pada 2023 turun 2,29 persen menjadi 53,98 juta GKG setara 31,10 juta ton beras.
Kebutuhan beras nasional tahun 2023 tertinggi sejak 5 tahun terakhir dengan kisaran 22,64 juta ton beras. Data BPS memperkirakan produksi 2024 juga turun di kisaran 52,66 juta GKG setara 30,34 juta ton beras. Turun 1,32 juta ton dibanding 2023.
“Produksi gabah turun seiring turunnya luasan lahan produktif kita, tetapi turunnya masih dalam batas 'margin error' yang sebenarnya bisa ditoleransi untuk kebutuhan dalam negeri," jelas Legislator dari fraksi PKS ini.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief PA menyatakan, berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), diproyeksikan produksi beras sejak Juni sampai September 2024 terus bertumbuh. Estimasi produksi beras pada Juni mencapai 2,06 juta ton dan meningkat pada Juli menjadi 2,18 juta ton.
Peningkatan secara signifikan terjadi pada estimasi produksi beras di Agustus dan September yang masing-masing dapat mencapai angka 2,66 juta ton dan 2,96 juta ton. Angka itu sudah di atas kebutuhan konsumsi beras bulanan secara nasional yakni sebesar 2,55 juta ton.
“Jika mau impor, cek dulu penugasan ke Bulog untuk serap gabah petani 600 ribu ton bagaimana realisasinya? Jika belum terpenuhi ya optimalkan dulu gabah petani, jangan beras petani asing," tutup Riyono.
BERITA TERKAIT: