Padahal dalam Pileg, PDIP cukup perkasa dan mampu menempati peringkat pertama perolehan suara.
Menurut analis politik dari UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah, fenomena Pemilu dan Pilpres 2024 cukup dilematis.
"Di satu sisi ada banyak kinerja KPU yang tidak berhasil, mulai dari transparansi hingga skandal gugatan calon peserta, termasuk panen sanksi dari DKPP terhadap ketua KPU," kata Dedi kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/3).
Atas situasi ini, Dedi menilai PDIP alami dua kemungkinan. Pertama, hasil yang diterima PDIP bukan hasil murni dari kinerja partai.
"Ada peluang karena faktor penyelenggara yang memang tidak kredibel dalam proses penyelenggaraan," katanya.
Kedua, PDIP memang gagal mempromosikan Ganjar Pranowo, dan kalah manuver dengan Prabowo yang banyak mendapat keuntungan dari keterlibatan Presiden Jokowi.
"Dengan kondisi itu, evaluasi internal PDIP menjadi rumit, terbukti mereka berhasil bertahan dengan suara partai dan tidak jauh berbeda dengan Pemilu 2019, tetapi sisi lain gagal antarkan suara parpol ke suara Ganjar," tutup Dedi.
BERITA TERKAIT: