Namun, hal ini tegas dibantah Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, saat menjadi narasumber acara Political Show Podcast bertemakan "Cerita di Balik Pemenangan Prabowo-Gibran".
"Enggak (mirip). Jadi itu terjadi secara begitu saja, ketika terjadi di satu acara, yang kemudian dia tampil apa adanya, responsnya bagus dan kemudian muncul istilah-istilah, yang ada seperti sekarang gitu loh," kata Dasco, seperti dikutip
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu malam (21/2).
Menurutnya, Prabowo sangat nyaman dengan gaya kampanye yang apa adanya tersebut.
"Pak Prabowo juga merasa nyaman, ketika kemudian melakukan kampanye apa adanya. Enggak perlu capek-capek bikin konten, dia bisa sambil ngebanyol, bisa juga ngomong tegas, bisa juga dengan intonasi yang dia mau," tuturnya.
Dasco menegaskan apa yang dilakukan Prabowo selama kampanye tidak bisa dilakukan orang lain, terlebih mencontoh gaya kampanye presiden luar negeri.
"Apa yang dia bikin itu, enggak bisa dibikin-bikinkan orang, enggak bisa otomatis, disuruh joget-joget seperti itu, coba cek saja itu kan hal yang alamiah dan natural," tambahnya.
Ketika ditegaskan kembali soal Prabowo-Gibran terinspirasi oleh Bongbong dan Duterte, Dasco dengan tegas membantah hal tersebut.
"Saya enggak pantau kepada calon-calon di luar. Karena saya, kawan-kawan, itu yakin bahwa karakter pemilih kita Indonesia dengan di luar itu di berbeda," tutupnya.
Bongbong Marcos adalah anak Presiden sekaligus diktator Filipina, Ferdinand Marcos, yang digulingkan oleh gerakan "People Power" pada 1980-an. Sedangkan Sara Duterte adalah anak mantan Presiden Rodrigo Duterte. Posisi Sara Duterte, mirip dengan Gibran Rakabuming Raka saat ini.
Sara maju sebagai kandidat cawapres ketika ayahnya masih menjabat sebagai Presiden Filipina. Motivasi Duterte mengajukan anaknya sebagai cawapres selain terkait keberlanjutan, juga karena dirinya tidak bisa maju lagi sebagai presiden. Di mana Konstitusi Filipina membatasi seorang presiden hanya menjabat selama 1 periode atau 6 tahun.
BERITA TERKAIT: