Pernyataan itu disampaikan dosen ilmu politik dan internasional studies Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menanggapi mundurnya Mahfud MD.
Menurutnya, kini Mahfud tidak lagi terkungkung tanggung jawab jabatan dan protokoler, tapi tetap perlu memberikan serangan akurat kepada rivalnya, terutama Pemerintahan Jokowi, jika ingin elektabilitasnya ingin moncer.
“Akankah berdampak secara elektoral atau tidak, itu bergantung pada narasi lanjutan, intensitas serangan, dan sosialisasi pasca keputusan politik ini,” kata Khoirul Umam kepada wartawan, Rabu (31/1).
Dia juga berpendapat, Mahfud perlu mengeluarkan data dan informasi kuat untuk menyerang Jokowi. Dan itu akan dinilai masyarakat cukup baik ketika Mahfud memutuskan mundur dari kabinet.
“Jika pegang data dan informasi yang bisa di-generate menjadi pukulan telak bagi kredibilitas pemerintahan Jokowi dan Paslon No 2, maka keputusan mundur dari kabinet menjadi gelombang kekuatan efektif untuk menahan rival terberatnya, yakni Prabowo-Gibran, yang menargetkan kemenangan satu putaran,” katanya.
Namun, jika Mahfud tidak melakukan serangan terbaiknya, maka keluarnya Mahfud dari kabinet akan sia-sia.
“Jika tidak ada narasi kuat dan intensitas serangan yang signifikan, maka keputusan mundur dari kursi Menko Polhukam itu tidak akan menciptakan ledakan elektoral berarti,” tutupnya.
BERITA TERKAIT: