"Ini seperti peribahasa
menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Presiden yang awalnya baik dan jadi idola
wong cilik, kini kok jadi bringas tak karuan," kritik pengamat politik Samuel F Silaen kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (25/1).
Pada dasarnya, pemilu merupakan ajang rakyat untuk menyampaikan hak konstitusionalnya memilih dan menentukan pemimpin bangsa Indonesia.
Namun demikian, apa yang disampaikan Jokowi tidak etis karena ada status Kepala Negara yang melekat. Hal ini cukup mengagetkan karena pada kesempatan sebelumnya, Presiden Jokowi selalu mengingatkan netralitas kepada pejabat negara.
"Publik terperanjat dan terheran-heran, tak pernah terbayang bahwa Presiden Jokowi akan mengalami guncangan hebat. Ini jadi topik pembahasan publik, apa penyebab presiden berubah?" ujar Silaen.
Jokowi, kata Silaen, terlihat makin kehilangan identitasnya menjelang akhir masa jabatan sebagai Presiden RI.
"Presiden makin kacau dan kehilangan identitas sebagai pemimpin bangsa. Apa yang membuat ia galau berat hingga sampai harus turun ikut kampanye?" kritik Silaen.
BERITA TERKAIT: