Pasalnya, saat Prabowo melanjutkan agenda kampanye ke Pekanbaru, Riau, dua hari setelah agenda debat tersebut, emosinya seperti tak terbendung.
Di depan para pendukungnya, emosi Ketua Umum Partai Gerindra itu meledak-ledak karena tak terima saat debat ketiga ada capres lain menyajikan data yang salah tentang dirinya. Prabowo lalu melontarkan kata-kata kurang elok saat menyentil ke capres tersebut sambil meluruskan data yang benar.
Terkait hal tersebut, pengamat politik sekaligus penggagas Lembaga KedaiKOPI, Hendri Satrio, menilai citra gemoy yang dibangun tim Prabowo hanya topeng belaka.
"Begitu kemudian rakyat menyadari bahwa gemoy adalah hanya citra saja, hanya topeng saja, dan masyarakat bisa melihat aslinya dia sering emosi," kata pria yang akrab disapa Hensat ini kepada wartawan, Jumat (12/1).
Dosen Universitas Paramadina itu menambahkan, Prabowo juga terlampau percaya diri akan menang pada Pilpres 2024. Menurutnya, Prabowo juga tampak ingin sekali menunjukkan siapa dirinya di depan para pendukungnya.
“Karena dia merasa menjadi penguasa ya, dia merasa bisa melakukan apa saja dan mengatakan apa saja. Nah, itu juga menurut saya kenapa kemudian letupan emosi itu sering keluar,” ucap Hensat.
“Tapi kalau blunder terus, bisa saja ditinggalkan oleh pemilihnya, dan kalah duluan di putaran pertama,” tandasnya.
BERITA TERKAIT: