"Harusnya foto tokoh politik, kontestan politik yang bersama Presiden Jokowi, sekalipun foto lama harusnya diturunkan atau di-
take down,” kata Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Tangerang, Emrus Sihombing.
Penegasan Emrus tersebut disampaikan dalam diskusi daring bertajuk ‘Makna Politik di Balik Foto Prabowo, Kaesang, Gibran dan Jokowi’ di akun YouTube Gogo Bangun yang dikutip redaksi, Senin (20/11).
Menurut Emrus, jauh lebih baik jika Presiden Jokowi secara tegas meminta kepada seluruh kontestan politik untuk tidak menggunakan fotonya dalam gelaran Pemilu 2024. Caranya dengan menurunkan semua baliho berbau pemilu yang menyertakan gambar Presiden Jokowi.
Sementara itu, pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti menganalisa, maraknya baliho Prabowo Subianto maupun Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menyertakan foto presiden Jokowi.
Misalnya baliho PSI yang menuliskan ‘Jokow15me’ dengan foto Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep bersanding dengan Presiden Jokowi yang adalah ayahnya sendiri.
Ikrar berpandangan, kalau dibaca adalah menjadi ‘Jokowi Is Me’. Pasalnya, Kaesang sudah menjadi PSI, berarti Jokowi adalah bagian dari PSI.
“Tergantung bapaknya, tanpa bapaknya bukan siapa-siapa. Kita yang masih waras tidak menginginkan ada perampasan demokrasi. Kita tidak ingin demokrasi diputar 180 derajat melebihi 1998,” kata Ikrar.
Itu sebabnya, Ikrar mengatakan, tidak perlu foto Jokowi ada di setiap baliho para kontestan Pilpres 2024.
“Itu enggak perlu foto presiden di baliho peraga kampanye baik di kubu Anies, Ganjar, maupun Prabowo, karena anda tahu situasinya saat ini sedang tidak enak-enak saja,” tutupnya.
BERITA TERKAIT: