"Terkait pengamanan, pengamanan sepak bola itu harus di-training secara khusus," kata Ledia, dalam keterangan tertulisnya yang diterima
Kantor Berita RMOLJabar, Senin (30/10).
Menurut pengalamannya, pengamanan sepak bola yang ada di luar negeri itu berlapis. Di Turki, misalnya, ada polisi antihuru-hara yang akan mengawasi dengan ketat. Selain itu, ada pula polisi khusus yang mengawasi terkait olahraga, hingga komunitas sosial.
Polisi khusus tersebut, sebut Ledia, nantinya akan mengamankan jalannya pertandingan. Selama pertandingan berjalan, mereka duduk di kursi menghadap penonton.
"Sehingga mereka sudah diatur sedemikian rupa, mereka duduk itu dikasih kursi, pakaiannya sipil, tapi menghadap penonton dan tidak ada yang menengok ke belakang, dan tidak ada yang main HP, jadi disiplin,” paparnya.
Menurut Ledia, pelatihan petugas keamanan sepak bola di Indonesia harus dibedakan dengan petugas keamanan demo dan kerusuhan. Dengan adanya pelatihan khusus, diharapkan bisa mengantisipasi terjadinya insiden buruk, seperti peristiwa di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Ledia pun berharap, ajang Piala Dunia U-17 menjadi momentum untuk melihat pertandingan yang baik.
"Pertandingan yang baik jangan diganggu oleh nonteknisnya, misalnya oleh keberadaan kita yang tidak benar, jadi ini kesempatan yang bisa kita usahakan,” ujarnya.
Untuk itu, agar tercipta pertandingan yang baik, Ledia juga mengingatkan para penonton atau suporter untuk menjaga emosi.
"Jadi jangan melakukan yang pengrusakan, jangan mencederai orang lain, jangan mudah emosi, nonton jangan baperan, terus juga isi perut yang baik karena nanti kalau lapar biasanya tambah ribut, dan enggak usah terlalu emosi," pesannya.
Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023 yang akan digelar di empat stadion pada 10 November hingga 2 Desember 2023.
Empat stadion itu adalah Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara; Stadion Si Jalak Harupat (SJH), Kabupaten Bandung; Stadion Manahan, Solo; dan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya.
BERITA TERKAIT: