Penghargaan disampaikan perwakilan MPR, Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, di Jakarta, Minggu (29/10).
Usai menerima penghargaan, Afif mengatakan, yang paling penting bagi semua santri adalah silaturahim di setiap forum, menguatkan ikatan batin dan ikatan silaturahmi badaniah dan rohaniah.
Dia merefleksikan dua hal yang diajarkan para kiai. Pertama, belajar tentang konsistensi atau keistiqomahan. Kedua, belajar bagaimana menghormati atau belajar dari orang lain, atau ilmu dari manapun berasal.
“Sebagai santri, saya bersyukur sekaligus terima kasih kepada para guru, para sepuh, para masyayikh (guru/pengasuh pesantren) yang sudah mengajarkan bagaimana berbuat baik, menghormati sesama dan menghargai ilmu pengetahuan, sehingga kita sampai pada situasi seperti ini,” katanya.
Lewat rilis yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Afif berterima kasih kepada orang tua yang sudah menitipkan kepada kyai. “Saat masih kecil, kita tidak pernah tahu besarnya mau jadi apa santri itu. Saat kita belajar kitab dari halaman ke halaman, kita nggak tahu mau jadi apa,” katanya.
Dia meyakini, saat ini santri bisa jadi apa pun. Menurutnya, kesabaran santri untuk belajar semua materi di pesantren, telah menghantarkannya pada situasi saat ini. “Ketekunan, keistiqomahan, lebih penting dari seribu karomah, kata kiai-kiai dulu,” tegasnya.
Afif juga berterima kasih kepada istri, Nur Arofah, yang selalu mendampingi di setiap aktivitasnya. “Kebetulan istri saya santriwati juga, santrinya Kiai Ilyas Ruhiat, yang tadi juga mendapat anugerah,” ucapnya.
Afif berharap apa yang dicapainya bisa menjadi inspirasi dan penyemangat buat para santriwan, santriwati di manapun berada, bahwa belajar apapun, belajar di manapun, di pesantren, dari siapapun, yang penting ambil yang baik, karena semua orang adalah ilmu pengetahuan.
Pada saatnya semua ilmu itu akan bermanfaat, jika digunakan untuk kebaikan. Santri bisa bermanfaat, jika mendedikasikan dan mengamalkan seluruh amal kebaikan.
Dia mencontohkan dalam urusan Pemilu ya ia geluti saat ini. “Sejak 1999, di dunia mahasiswa, di dunia LSM, kemudian KPU sampai sekarang 2023, urusannya pemilu terus. Kalau tanpa istiqomah, tanpa konsistensi, tidak ada cerita dari tahun 99 sampai 2023. Ini bukti bahwa al istiqomah khoirun min alfi karomah,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: