Pengamat politik Citra Institute, Efriza mengamati, Puan menemui Airlangga sebagai representasi rezim.
"Ini menunjukkan Golkar memang diharapkan, karena itulah rezim ini mendesak dengan berbagai jebakan," ujar Efriza kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (28/7).
Dia mengurai, rezim menekan Golkar melalui isu penggulingan Airlangga sebagai Ketum, sehingga wacana yang berkembang adalah Munaslub.
Di samping itu, dosen ilmu pemerintahan Universitas Sutomo itu juga memaknai pemanggilan Airlangga oleh Kejaksaan Agung adalah bentuk penekanan, tepatnya menggunakan instrumen hukum yang dipolitisasi.
"Ini agar Airlangga menyadari dengan posisi yang kian merepotkan dan terjepit, akhirnya pilihan kepada PDIP adalah hal terbaik," tuturnya.
Maka dari itu, Efriza meyakini koalisi yang terbentuk nanti tidak akan harmonis, apabila Golkar benar-benar berlabuh dalam koalisi PDIP.
"Golkar dan PDIP bersatu ibarat berkoalisi dalam dua rasa. Karena di satu sisi PDIP merindukan dan membutuhkan Golkar," urainya.
"Tapi di sisi lain Golkar kesal, jengkel, dan benci dengan perjodohan koalisi paksaan ini," demikian Efriza menambahkan.
BERITA TERKAIT: