PAN yang lahir dari rahim Muhammadiyah, seakan memberi kesan bahwa partai matahari putih tertutup. Namun di tangan Zulhas, PAN bertransformasi menjadi partai terbuka untuk semua umat Islam.
Zulhas mengatakan, transformasi itu sejalan dengan tujuan partai politik yang harus berperan sebagai pemersatu bangsa. Karenanya, dia berusaha keras untuk memperkuat persatuan dengan merangkul semua golongan, termasuk Nadhlatul Ulama (NU).
"Memang parpol itu fungsinya memajukan peradaban. Oleh karena itu PAN berusaha keras agar umat Islam memperkuat persatuan, bersatu walaupun berbeda," ujar Zulhas kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/7).
Membangun kedekatan dengan NU, salah satu yang dilakukan Zulhas adalah menggelar acara peringatan satu abad NU dengan tajuk "Simposium Nasional", yang saat itu dihadiri Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf beserta Sekjen PBNU Saifullah Yusuf.
Zulhas yang juga Menteri Perdagangan, mengakui sudah dua tahun berusaha mendudukkan bersama NU dan Muhammadiyah. Katanya, perbedaan pilihan soal ormas Islam dan parpol adalah hal yang biasa dan wajar.
"Beda partai, tapi harmoni persatuan itu penting. Itu terus saya lakukan selama hampir 2 tahun, terutama mempersatukan, duduk bareng," tuturnya.
Menurutnya, dengan bertransformasinya PAN menjadi partai yang terbuka, diharapkan bisa membuat suasana di masyarakat semakin sejuk, khususnya antara NU dan Muhammadiyah.
"Dengan itu masyarakat adem, tenang. Kalau masyarakat tenang, kita bisa membangun gitu. Bahwa soal pilihan-pilihan, terserah masing-masing," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: