"Penegakan Hukum tapi juga pengayom masyarakat, memang itu karakter yang unik di polisi Indonesia," ungkap Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto, dalam Podcast Bung Karno Series "Ternyata Tugas Polisi Bukan Cuma Tegakkan Hukum" di kanal YouTube BKN PDI Perjuangan, yang dikutip Redaksi, Senin (5/6).
Berdasar awal sejarah pembentukannya, lanjut Andi, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) diisi tiga klaster pasukan. Pertama, Polisi Istimewa (sekarang Brimob, Red) dengan M. Yasin sebagai pimpinannya. Kedua, para pamong praja. Dan ketiga, laskar rakyat beserta barisan pelopor kemerdekaan Indonesia.
"Polisi diarahkan untuk melaksanakan fungsi Bhayangkara Negara dengan dua karakter utamanya pengayom masyarakat dan penjaga ketertiban umum," jelas Andi.
Hal tersebut tak lepas dari tiga pimpinan Polri di awal pembentukan dan proses pemisahan Polri dan TNI yang digagas Presiden Ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
"RS Soekanto meletakkan sendi-sendi polisi sipil yang modern, Hoegeng yang bersih dan berintegritas, dan Awaloedin Djamin yang meletakkan pondasi Tribrata Polri," tutur lulusan Industrial College of Armed Force Amerika Serikat ini.
"Karakter kepamongprajaan harus kuat di polisi negara dan tidak bergaya militeristik. Ini yang dirancang RS Soekanto dan diturunkan ke muridnya, Hoegeng," imbuhnya.
Namun demikian, harus diakui juga, institusi Kepolisian yang punya karakter unik ini tetap memiliki beragam masalah. Karena itulah, kata Andi, solusi terbaik harus datang dari pucuk pimpinannya.
Sebab, organisasi bermodel gabungan karakter paramiliter dan pamong praja ini mengenal hierarki dan menjadikan teladan sebagai panduan yang nyata.
"Karakter dari pemimpin teladan seperti RS Soekanto, Hoegeng, M. Yasin, dan Awaloedin Djamin harus dilihat kembali dan diperkuat. Pucuk pimpinannya yang harus menjadi teladan. Dia yang harus memandu dan memberi contoh," demikian Andi Widjajanto.
BERITA TERKAIT: