Meski kerap tidak diunggulkan di berbagai lembaga survei, namun dia diyakini akan mengalami nasib seperti Recep Tayyip Erdogan, kembali memimpin Turkiye.
"Kasus Turkiye bisa saja terjadi di Pilpres Indonesia 2024. Kandidat kalah di survei, tapi menang di Pemilu," kata Direktur Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia, Andi Yusran, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (2/5).
Menurut analisis politik Universitas Nasional itu, lembaga survei idealnya tidak sekedar merilis hasil temuannya, tetapi juga wajib membuka data tentang metode yang dipergunakan.
"Yang terpenting, lembaga survei perlu jujur menyangkut siapa yang membiayai survei itu," tegas Andi Yusran.
Lemahnya presisi dan akurasi hasil survei bisa disebabkan karena tidak independennya lembaga pelaksana survei, lantaran adanya pesanan atau karena tipisnya perbedaan hasil antar kandidat (karena faktor margin error).
"Banyaknya hasil survei yang meleset pada Pilkada DKI Jakarta 2017 yang lalu merupakan salah satu contoh rendahnya tingkat akurasi hasil survei," tandas Andi Yusran.
BERITA TERKAIT: