Guru Besar Pertanian Universitas Padjajaran Profesor Tualar Simarmata mengatakan, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan potensi masalah. Terutama, masalah yang mungkin dialami petani.
"Yang pasti petani itu berkaitan dengan air, bagaimana caranya supaya tanaman tidak kekeringan, itu mungkin yang bisa diantisipasi," ujar Tualar Simarmata kepada wartawan, Jumat (12/5).
Setelah adanya pemetaan tersebut, kata dia, pemerintah bisa segera mencari solusi terbaik. Termasuk dengan menggunakan teknologi yang tepat guna, misalnya dengan pompa air atau teknik irigasi tertentu.
"Kemudian diidentifikasi juga kalau tidak ada hujan, ada nggak sumber air yang bisa digunakan. Kalau ada sumber airnya, teknologi apa yang bisa digunakan agar air itu bisa sampai ke lahan," jelasnya.
Selain itu, dia mengingatkan pemerintah agar tidak bekerja seperti pemadam kebakaran. Antisipasi harus dibuat sekarang supaya dukungan terhadap petani bisa maksimal.
"Saya kira mesti dilakukan sekarang, kalau terlalu dadakan seperti pemadam kebakaran. Kaitannya juga dengan masalah anggaran kan. Kalau begitu, mestinya segera dirapatkan dengan anggota dewan," tuturnya.
Sejauh ini, Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai antisipasi untuk menghadapi musim kemarau kering. Langkah antisipasi itu dilakukan dengan membangun infrastruktur pengairan guna memastikan air sampai ke lahan petani.
Melalui Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan telah mengalokasikan pembangunan embung atau waduk buatan 500 unit, perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) 3.213 unit, dan hibah pompa air untuk daerah rawan kekeringan 1.900 unit pada tahun 2023.
BERITA TERKAIT: