Wartawan senior Dandhy Laksono menguraikan, setidaknya dalam pandangannya ada tiga alasan yang bisa menjelaskan hal tersebut.
Pada intinya, dua hal pokok pertama adalah soal ketidakyakinan Republik Rakyat China sebagai pemberi kredit pada prospek bisnis kereta cepat.
"Makin besar jaminan yang diminta kreditur, artinya proyek berisiko tinggi dan prospek bisnisnya tidak meyakinkan," kata Dandhy dalam cuitan di Twitter, Jumat (14/4).
Dari dua hal itu, Dandhy menambahkan, hal pokok lain yang menyebabkan bengkaknya bunga utang. Yakni, kreditur memanfaatkan kondisi keterdesakan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan KCJB.
"Ini yang penting, krediturnya tahu sedang berhadapan dengan orang kepepet. Kadung malu kalau batal, dan nggak punya pilihan ke kreditur lain," tandasnya.
BERITA TERKAIT: