Pertempuran Lengkong adalah pertempuran Tentara Keamanan Rakyat melawan pasukan Jepang di Desa Lengkong, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, yang terjadi pada tanggal 25 Januari 1946.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto diwakili Dirjen Potensi Pertahanan (Pothan) Kemenhan RI, Mayjen TNI Dadang Hendrayudha memimpin langsung upacara militer dan ziarah yang dihadiri ratusan tamu undangan dari TNI/ Polri, masyarakat sipil serta berbagai organisasi kemasyarakatan.
Selain personel TNI/ Polri, turut hadir Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah serta perwakilan keluarga pahlawan. Di antaranya, Biantiningsih Miderawati Djiwandono, Maryani Ekowati dan Hashim Djojohadikusumo, yang merupakan keponakan kandung dari 2 pahlawan nasional yang berbarengan gugur di Pertempuran Lengkong, Lettu Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo.
Serta John Ferry Mogot mewakili keluarga Mayor (Anumerta) Daan Mogot, Agustanzil Sjahroezah cucu dari Haji Agus Salim, sesepuh pejuang Ketua Dewan Pertimbangan Harian Nasional 45, Sumartini Tjokrodimuljo yang telah berusia 95 tahun, Tinton Soeprapto dari Yapeta (Yayasan Pembela Tanah Air) serta keluarga para pahlawan nasional lainnya.
"Kehadiran bapak dan ibu adalah kehormatan bagi kami, karena merupakan wujud penghargaan dan ungkapan simpati yang tulus untuk mengenang jasa dan mendoakan para perwira dan taruna yang gugur dalam menjaga kedaulatan NKRI," ucap Ketua Yayasan 25 Januari 1946, Rani D. Sutrisno, Rabu (25/1).
Pertempuran Lengkong bermula dari Resimen IV TRI di Tangerang, yang mengelola Akademi Militer Tangerang, dengan dipimpin Mayor Daan Mogot, puluhan taruna akademi mendatangi markas Jepang di Desa Lengkong untuk melucuti senjata pasukan jepang.
Daan Mogot didampingi sejumlah perwira, antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo.
Dalam proses perlucutan senjata yang awalnya berlangsung lancar, kemudian terjadi insiden letusan senjata dan mitraliur dari arah tersembunyi. Kemudian terjadi pertempuran yang tak seimbang, dengan banyak korban berjatuhan di pihak Indonesia, di mana 33 taruna dan 3 perwira gugur, serta 1 taruna lainnya wafat setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Perwira yang gugur adalah Daan Mogot, Letnan Soebianto, dan Letnan Soetopo. Peristiwa berdarah kini dikenal sebagai Peristiwa Pertempuran Lengkong.
Pada tanggal tersebut, kemudian berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, dituangkan lewat Surat Telegram KSAD Nomor ST/12/2005 bertanggal 7 Januari 2005, ditetapkan sebagai Hari Bakti Taruna Akademi Militer.
BERITA TERKAIT: