Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Tubagus Nugraha menuturkan, jika tidak ada isu transisi energi, maka energi fosil akan terus berlanjut. Pun demikian ketika tidak ada transisi energi, maka
renewable energy tidak akan terjadi.
“Ketika
renewable energy tidak ada, tidak ada lagi industri ekstraktif yang basisnya logam. Jadi sekali lagi, pertambangan mineral, khususnya logam semakin ramai ketika dunia mengarah kepada transisi energi,†ucap Tubagus dalam webinar dialog kebijakan EITI Indonesia, Senin (12/9).
Menurutnya, ketika ingin melakukan transisi energi, membutuhkan material penting guna menunjang transisi energi terbarukan. Hal itu penting disiapkan untuk menunjang kebijakan pemerintah dalam transisi energi.
“Bagaimana kemudian industri ekstraktif ini kerja untuk menyediakan stok memenuhi kebutuhan
tools, peralatan sistem untuk pengembangan dan mendukung transisi energi,†katanya.
Namun demikian, Tubagus mengingatkan agar industri ekstraktif bisa dikerjakan dengan tetap menjaga lingkungan hidup.
Salah satunya dengan cara menerapkan
Environmental, Social and Governance (ESG) atau prinsip dan standar pengelolaan bisnis dan perusahaan yang mengikuti kriteria-kriteria sesuai peraturan yang berlaku.
"Kita harus tetap menjaga rasa sayang kepada lingkungan, dalam konteks industri ekstraktifnya dan melakukan penambangan yang bertanggung jawab. Di sanalah ESG itu diintroduksikan,†tutupnya.
BERITA TERKAIT: