Kegelisahan tersebut disampaikan Anggota komisi I DPR RI Fraksi Nasdem, Muhammad Farhan, saat menjadi narasumber diskusi virtual Teras Politik (Terpol)
Kantor Berita Politik RMOL bertajuk "Menilik Ulang Keamanan Presiden", Selasa (12/7).
"Menjaga kemungkinan dengan siapakah Pak Jokowi akan berinteraksi secara langsung, tentu hal ini menjadi perhatian. Kita tidak ingin kejadian seperti Shinzo Abe menimpa presiden kita, siapapun presidennya," ujar Farhan.
Bicara persoalan keamanan kepala pemerintahan, Farhan mengulas sistem keamanan yang diterapkan pada masa pemerintahan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur hingga sampai saat ini.
Menurutnya, sempat terjadi pelonggaran sistem keamanan di Istana Keprsidenan saat Presiden Gus Dur menjabat.
"Saya ingat di tahun Presiden Gus Dur pertama kali jadi presiden. Siapapun boleh keluar masuk istana," imbuhnya memaparkan.
Namun, pada masa Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri dan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono, pengamanan yang diterapkan di Istana Kepresidenan kembali diperketat.
"Kedua presiden itu memaklumi protokoler dan kemanan presiden. Menjadikan istana sebagai salah satu tempat paling sakral di negeri ini, yang kita saja pakai celana jeans saja tidak boleh masuk. Itu bukan buat gaya-gayaan, tapi untuk seleksi pengamanan," tuturnya.
Namun, ketika Presiden RI ketujuh Joko Widodo menjabat, sistem pengamanan kepala pemeritahan nampak terlihat lebih longgar kembali. Hal tersebut Farhan lihat pada sejumlah momentum yang dilakukan Jokowi.
"Tapi ketika pertama Pak Jokowi berkuasa, ketika dilantik saja pawai pakai andong dari DPR-MPR sampai ke patung kuda, baru diamankan pakai mobil," ucap Farhan.
"Setelah itu, dalam berbagai pawai kemerdekaan beliau selalu turun dari mobil dan menyapa masyarakat," tandasnya.
BERITA TERKAIT: