Ingin Akhiri Dampak Keburukan Jokowi, Alasan Masyarakat Tolak Pemilu 2024 Ditunda

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Minggu, 13 Maret 2022, 21:59 WIB
Ingin Akhiri Dampak Keburukan Jokowi, Alasan Masyarakat Tolak Pemilu 2024 Ditunda
Direktur Eksekutif Laboratorium Suara Indonesia, Albertus Dino/RMOL
rmol news logo Tumbuhnya perekonomian dan peluang lapangan pekerjaan dan tidak ingin memberikan dampak buruk bagi kehidupan rakyat jadi alasan mayoritas rakyat Indonesia tidak mau Pemilu 2024 ditunda. Dengan kata lain masyarakat Indonesia tidak menghendaki adanya perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Suara Indonesia yang diselenggarakan sejak 24 Februari sampai dengan 9 Maret 2022 dengan melibatkan 2.140 responden.

Dari temua survei ini, sebanyak 80,2 persen responden menyatakan tidak setuju terhadap usulan penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan Presiden dengan alasan apapun.

"Alasan masyarakat tidak setuju Pemilu ditunda sebanyak 50,7 persen, masyarakat menyatakan bahwa Pemilu 2024 bisa memberikan dampak tumbuhnya perekonomian dan lapangan kerja," ujar Direktur Eksekutif Laboratorium Suara Indonesia, Albertus Dino dalam keterangannya yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (13/3).

Selain itu kata Albertus, sebanyak 25,7 persen menyatakan saatnya masyarakat bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari gelaran Pemilu 2024 seperti pada gelaran Pemilu sebelumnya.

"Dan sebanyak 23,6 persen menyatakan sudah saatnya pemerintahan Jokowi diakhiri karena hanya memberikan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat," kata Albertus.

Selain itu kata Albertus, keberhasilan Pilkada serentak tahun 2020 lalu di saat pandemi Covid-19 mengganas dan turunnya pertumbuhan ekonomi juga menjadi dasar alasan masyarakat menginginkan agar Pemilu 2024 ditunda.

Dalam penelitian ini, menggunakan metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaannya sebesar 95 persen dan margin of error dengan toleransi sebesar 2,12 persen.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA