Menurut pengamat Politik dan Hukum dari Universitas Lampung, Yusdianto, keputusan DPP Demokrat ini sudah lewat kalkulasi karakter, kredibilitas, dan loyalitas.
Sebab, keputusan ini akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap popularitas dan elektabilitas Demokrat di Provinsi Lampung.
Ditambahkan Yusdianto, Edy dipilih sebagai bentuk penyegaran nakhoda Demokrat di Lampung. Sementara Ridho Ficardo ditarik ke DPP karena dianggap sudah memiliki kematangan politik dan berguna membangun partai di pusat.
"Penyegaran nakhoda ini ibarat kapal pesiar yang akan mengarungi samudera yang begitu besar gelombangnya (Pemilu 2024), tentu membutuhkan penyegaran. Keduanya juga tokoh potensial yang sama-sama mumpuni," paparnya, dikutip
Kantor Berita RMOLLampung, Selasa (4/1).
Pergantian ini, sambung Yusdianto, tidak boleh hanya dianggap dan identik dengan pergantian orang dan penyingkiran lawan semata. Namun, harus dilihat sebagai strategi politik untuk mengelola seluruh SDM.
"Edy Irawan, diharapkan mampu melakukan konsolidasi internal dan eksternal. Terutama mendorong soliditas pengurus dan kader serta melaksanakan kerja di eksternal yang sudah dirintis Ridho," tandasnya.
BERITA TERKAIT: