Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto mengaku miris karena rezim Jokowi sebegitu parno dengan satu karya seni.
"Kan nggak gampang juga bikinnya, mural itu ekspresi jiwa, aspirasi tersembunyi di dalam diri setiap orang dan kritik yang berupa simbol, gambar, lukisan atau pun berbentuk aksara," ujar Satyo kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (29/8).
Menurut Satyo, sebuah ekspresi simbol adalah multitafsir. Sehingga, sebuah ekspresi dan hasrat tidak bisa dianulir apalagi mau diadili.
"Apalagi jika mural mengandung kritik sosial maka tidak bisa dihakimi apalagi dihapus tanpa diskusi," tegas Satyo.
Selain itu, mural juga sama saja dengan ekspresi seseorang saat bikin status di WhatsApp ataupun di media sosial lainnya
"Masak orang dilarang berekspresi, ini
ngawur namanya,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: