Military relationship dibangun tidak hanya mempertimbangkan banyak hal mengenai sistem pertahanan keamanan dan strategi serta taktik dalam pemenangan perang, akan tetapi juga mengenai hal yang menyangkut tentang kemanusiaan.
Inter-Nation Relationship pada umumnya akan termasuk pula kegiatan pertukaran siswa baik Perwira, Bintara dan Tamtama dalam berbagai program latihan dan pendidikan militer. Dari hubungan yang baik itulah akan muncul berbagai penugasan yang bersifaf Internasional seperti antara lain Pasukan Perdamaian yang bernaung dibawah Perserikatan Bangsa Bangsa.
Pada tingkat Perwira, hubungan militer antar negara akan berkembang juga pada pertukaran Pelatih dan Perwira Pengasuh serta Perwira Penuntun untuk beberapa bidang keahlian militer. Lembaga seperti Sekolah Staf dan Komando atau Command and Staff College baik masing masing angkatan atau gabungan angkatan biasanya sudah akan masuk dalam sebuah perencanaan yang jangka panjang sifatnya, tahun demi tahun pelajaran. Dalam hal yang lebih khusus dikenal pula kegiatan seperti “Airmen to Airmen Talk†di Angkatan Udara.
Tidak hanya terbatas kepada program latihan dan pendidikan hubungan militer antar bangsa akan tetapi terkadang juga akan meluas pada kegiatan yang sifatnya operasional. Kegiatan ini akan mencakup negara negara yang bergabung dalam sebuah pakta pertahanan seperti NATO misalnya. Hubungan semacam ini akan berbentuk tidak hanya bi lateral akan tetapi lebih banyak terdiri dari beberapa negara yang bersekutu.
Latihan militer disini akan lebih intensif, karena akan memadukan banyak regulasi ketentuan dan prosedur yang akan berbentuk perangkat lunak yang gabungan pula sifatnya. Peraturan bersama yang diberlakukan dalam sebuah misi bersama atau dalam format Joint Task Force (JTF) sebagai contohnya.
Terlepas dari bentuk persekutuan atau yang bersifat bilateral, maka hubungan militer antar bangsa biasanya akan lebih mengemuka pada aspek persahabatan dan persaudaraan. Personil militer di seluruh dunia adalah mereka yang menjalani pendidikan dan latihan fisik yang sangat keras dalam disiplin kesehariannya. Mereka dididik dengan keras sebagai bekal untuk menghadapi “kerasnya†situasi yang akan mereka hadapi di medan perang.
Mereka dididik dalam menyiapkan dirinya dimedan perang untuk membunuh atau dibunuh – to kill or to be killed. Agar para prajurit tidak kehilangan rasa kemanusiaannya, maka pendidikan dan latihan militer di lembaga pendidikan membekali mereka dengan program pendidikan dan latihan menyangkut nilai kemanusiaan. Prajurit dan terutama Perwira memperoleh bekal khusus dalam pendidikan kemiliterannya yang bertujuan menjadikan mereka sebagai seorang Perwira Ksatria Sejati, Officer and Gentlement.
Dari bekal pendidikan latihan yang bersifat nilai kemanusiaan itulah maka bentuk dari Inter - Nation Military Relationship akan menemukan formatnya. Itu sebabnya maka persahabatan antar prajurit yang berbeda kebangsaan biasanya menjadi sangat akrab. Keakraban ini akan terlihat sangat nyata pada operasi gabungan antar negara, tidak hanya dalam peperangan akan tetapi lebih lebih pada operasi SAR dan penyelamatan dari bencana alam.
Karena dilatih dan ditugaskan pada bidang yang sangat keras, maka para prajurit sangat mengerti benar arti dari “penderitaan†dalam menjalankan tugas tugasnya. Arti dari penderitaan yang terjadi akibat perang. Itu sebabnya sosok prajurit dibalik pakaian seragamnya yang “sangar†akan tetapi selalu tersimpan didalamnya hati yang lembut sebagai manusia biasa.
Sejatinya para prajurit sangat mendambakan perdamaian dan itu pulalah yang menyelimuti hati mereka semua dalam banyak kegiatan lapangan termasuk dalam konteks Inter-Nation Military Relationship.
Hubungan baik antar para Perwira biasanya akan tetap berlanjut walau mereka sudah memasuki masa purna tugas. Hubungan baik dalam aspek kemanusiaan yang sifatnya universal memang tidak mudah hilang dimakan usia.
Itulah salah satu dari makna yang terkandung dalam kegiatan latihan militer bersama antar negara. Karena memahami benar tentang penderitaan yang akan dialami ketika perang maka: Military always create peace, politician are created war.
Penulis adalah mantan KSAU dan pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia
BERITA TERKAIT: