Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPP Partai Nasdem, Charles Meikyansah meluruskan bahwa Emmy Hafild meninggal karena sakit kanker paru yang sudah cukup lama dideritanya.
"Kakak Emmy Hafild meninggal dunia akibat kanker paru, bukan Covid-19," ujar Charles kepada wartawan, Minggu (4/7).
Penegasan disampaikan Charles lantaran ada informasi yang menyebutkan bahwa mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) itu tutup usia karena Covid-19.
Berdasarkan informasi yang diterima, jelas Charles, Emmy yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara itu telah berjuang melawan kanker paru sejak tiga tahun lalu.
"Kabar dari keluarga Kakak Emmy, Almarhumah telah berjuang melawan kanker paru sejak tahun 2018," ujar anggota Komisi IV DPR RI itu.
Nasdem, terang Charles, sangat kehilangan dengan kepergian Emmy, yang dikenal sebagai sosok yang gigih dalam memperjuangkan kepentingan rakyat kecil.
“Dan itu sangat kami rasakan sekali sejak beliau berada di tengah-tengah kami di Partai Nasdem," ujarnya.
Di internal Nasdem, sambung Charles, Emmy kerap mengingatkan untuk selalu mengedepankan moralitas dalam berpolitik.
"Beliau menjadi panutan bagi kita karena nilai-nilai kemanusiaan yang dikampanyekan dan diperjuangkan tak pernah pudar,†tandasnya.
Tak lupa, Charles mengajak kepada seluruh kader Nasdem dan masyarakat Indonesia untuk mendoakan yang terbaik bagi Almarhumah Emmy Hafild.
Jenazah Emmy akan dimakamkan hari ini pukul 10.00 WIB di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Kepergian aktivis ini meninggalkan seorang suami dan dua anak.
Emmy Hafild wafat pada Sabtu, 3 Juli 2021 pukul 21.17 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Semasa hidupnya, perempuan kelahiran Sumatera Utara, 3 April 63 tahun silam itu sangat dekat dengan isu lingkungan hidup dan hak-hak perempuan.
Berkat keberanian dan perjuangannya di dunia lingkungan, Emmy pernah dinobatkan sebagai Hero of The Planet oleh Time Magazine.