Singgih Januratmoko: Jaga Pasokan Ayam, Oversupply Pasca Lebaran Akan Rugikan Peternak Mandiri

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Senin, 12 April 2021, 13:45 WIB
Singgih Januratmoko: Jaga Pasokan Ayam, <i>Oversupply</i> Pasca Lebaran Akan Rugikan Peternak Mandiri
Ilustrasi
rmol news logo Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) mengingatkan pemerintah untuk terus menjaga suplai ayam potong di pasaran.

Ketua DPP Pinsar Singgih Januratmoko mengatakan, hal tersebut perlu diingatkan mengingat kebutuhan ayam potong saat Ramadan dan Idul Fitri dipastikan meningkat.

Hanya saja, kata dia, jika pasokan tidak dijaga dan terjadi  oversupply pasca lebaran, bisa dipastikan harga tidak akan menguntungkan bagi peternak.

“Menurut data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) produksi day old chicken final stock (DOC FS) pada April mencapai 309.589.416, sementara kebutuhan pasar 261.411.003 ekor. Artinya terdapat selisih 48.178.413 ekor,” ujar Singgih Januratmoko kepada wartawan, Senin (12/4).

Menurut Singgih, tahun 2021 peternak rakyat bakal kembali menghadapi oversupply yang berpotensi merugikan peternak mandiri. Karena hampir seluruhnya menyasar ke pasar tradisional.

Lanjutnya, total produksi DOC FS pada 2021 mencapai 3.411.217.483 ekor, sementara daya serap pasar 2.901.200.776 ekor.

“Artinya akan ada oversupply sebanyak 510.016.707 ekor,” imbuh Singgih yang juga anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI.

Menurutnya, kebijakan pengendalian populasi DOC FS pada 2020 sedikit demi sedikit membantu peternak. Pasalnya, harga ayam membaik dan menguntungkan peternak.

Namun, 2021 adalah masa recovery bagi para peternak, akibat salah kebijakan impor grand parents stock (GPS) atau indukan ayam pada 2018.

“Impor GPS sebesar 785.000 ekor itu membuat pasokan ke pasar tradisional membumbung tinggi, akibatnya sepanjang 2019-2020 peternak mandiri rugi besar. Tahun ini merupakan tahun recovery yang berjalan lamban,” ujarnya.

Lambannya masa pemulihan bisnis peternak mandiri diakibatkan pandemi Covid-19, yang membuat permintaan ayam potong berkurang. Bisnis perhotelan, restoran, serta pariwisata yang jatuh dan daya beli masyarakat yang menurun, berandil melemahkan daya beli masyarakat.

Singgih mengingatkan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, untuk mengambil kebijakan mengurangi suplai DOC.

“Saya memperkirakan terjadi oversupply sebesar 150 juta ekor DOC sampai Juni. Ini berdampak terhadap terhadap harga ayam hidup,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA